25 September (mediapesan) – Sebuah terobosan luar biasa hadir di dunia pertanian, khususnya bagi para petani kelapa sawit.
Teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI) yang dikembangkan oleh Dr. Lukman Gunarto kini menjadi perbincangan hangat karena kemampuannya membuat petani sawit cepat sejahtera.
Pupuk hayati mikroba yang ditemukan Dr. Lukman adalah inovasi ramah lingkungan yang dirancang untuk meningkatkan produksi pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan dengan cara yang efisien dan berkelanjutan.
Produk ini terbukti mampu meningkatkan hasil panen sawit secara drastis di berbagai wilayah seperti Bengkulu, Medan, Jambi, Riau, dan Kalimantan. Tak heran jika pupuk ini sempat booming di pasaran.
Panen Lebih Cepat, Buah Lebih Besar
Dalam wawancaranya pada Rabu (25/9/2024), Dr. Lukman menjelaskan bahwa ketika pupuk ini diaplikasikan pada pohon sawit, hasilnya sangat mengejutkan.
Buah sawit tumbuh sangat cepat dan tandan buah menjadi lebih besar. Setelah pohon mulai berbuah, hanya dalam waktu 10 hari saja sudah bisa dipanen, ungkapnya.
Dr. Lukman, yang juga merupakan peneliti senior di International Nitrogen Efficiency Fertilization (InsFer) Program, IRRI (International Rice Research Institute) Filipina, menambahkan bahwa pupuk hayati mikroba ini telah memberikan dampak signifikan di kebun sawit yang dia pantau langsung di Bengkulu, Sumatera Utara, dan Riau.
Petani sampai tidak punya waktu untuk ganti baju dinas karena irama panennya sangat cepat, kenang Dr. Lukman sambil tertawa.
Sukses di Sawit, Tak Lagi Bekerja Sama dengan Golden Harvest
Pupuk hayati mikroba yang dikembangkan Dr. Lukman ini sebelumnya dikenal dengan merek dagang Golden Harvest Tiens dan pernah menjadi andalan banyak petani sawit di berbagai wilayah perkebunan swasta.
Namun, kini Dr. Lukman mengungkapkan bahwa kerja sama dengan perusahaan MLM asal RRC tersebut sudah berakhir.
Mengapa kami berhenti bekerja sama, biar itu menjadi rahasia antara saya dan Golden Harvest, katanya penuh misteri.
Dilirik Hingga ke Malaysia
Kehebatan teknologi AGPI bahkan sampai terdengar hingga ke Malaysia.
Perdana Menteri Malaysia saat itu, Mahathir Mohamad, sempat mengundang Dr. Lukman untuk membangun laboratorium di Kuala Lumpur guna mengaplikasikan teknologi tersebut ke perkebunan sawit di Malaysia.
Namun, tawaran tersebut ditolak Dr. Lukman karena baru kembali ke Indonesia setelah empat tahun bermukim di Manila.
Cara Aplikasi yang Efektif
Dalam aplikasinya, pupuk hayati mikroba ini cukup disemprotkan ke tanah hingga pangkal batang pohon sawit, terutama di awal dan akhir musim hujan.
Kondisi tanah yang basah dan lembap menjadi faktor penting. Cukup dua kali pemupukan per tahun dengan dosis 20 liter per hektar, dan tanah akan menjadi lebih sehat dengan struktur yang baik, jelas Dr. Lukman.
Menghemat Biaya dan Meningkatkan Produktivitas
Pupuk ini juga sudah terbukti efektif dalam proses replanting sawit.
Di usia pohon 2,5 tahun, ketika sawit mulai belajar berbuah, pupuk hayati mikroba dapat disemprotkan untuk mempercepat pertumbuhan buah, sehingga pada usia 3-4 tahun, tandan buah sudah bisa dipanen.
Dengan pupuk hayati, penggunaan pupuk kimia, kompos, atau pupuk kandang bisa dihemat hingga 50%. Selain itu, tandan buah menjadi lebih besar, tanaman lebih sehat, dan gulma berkurang. Bahkan, residu pestisida bisa ditekan hingga nol persen, pungkasnya.
Terobosan teknologi ini menjadi langkah penting untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan di Indonesia secara efisien dan berkelanjutan.
Teknologi ini layak mendapat perhatian Presiden terpilih Prabowo Subianto, mengingat besarnya potensi yang dapat diberikan bagi kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional. ***