Gorontalo (mediapesan) – Tim Inafis Polda Gorontalo bergerak cepat melakukan identifikasi korban jatuhnya pesawat SAM Air di Kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato.
Proses ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Gorontalo, dengan tujuan memastikan identitas korban dan mempermudah penyerahan jenazah kepada keluarga.
Polri melalui Polda Gorontalo memastikan seluruh korban ditangani sesuai prosedur identifikasi forensik. Ini meliputi pencocokan sidik jari, rekam medis, hingga pemeriksaan barang-barang pribadi yang ditemukan di lokasi, jelas Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri kepada media (23/10/2024).
Kerja sama antara Tim Inafis dan tenaga medis RS Bhayangkara mempercepat proses evakuasi dan identifikasi.
Ambulans Polda Gorontalo turut dikerahkan untuk memindahkan jenazah ke rumah sakit.
Selain itu, Polda Gorontalo juga mendampingi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam menyelidiki insiden ini.
Polri siap mendukung KNKT, baik dalam pengamanan area maupun penyediaan data yang diperlukan. Fokus kami adalah mendukung investigasi agar berjalan transparan dan tepat, tambah Trunoyudo.
Sejak pesawat jatuh, personel gabungan TNI-Polri dikerahkan untuk mengamankan lokasi kejadian.
Hal ini dilakukan agar proses investigasi berjalan lancar tanpa gangguan, serta menjaga agar bukti di lokasi tetap aman.
Trunoyudo juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, seraya berharap investigasi dapat segera mengungkap penyebab kecelakaan.
Polri turut berbela sungkawa kepada keluarga korban. Semoga investigasi ini dapat memberikan hasil yang jelas dan menjadi pelajaran ke depannya, pungkasnya.
Dugaan Faktor Insiden Jatuhnya Pesawat Perintis SAM Air
Dugaan faktor jatuhnya pesawat perintis SAM Air PK-SMH (DHC6) masih dalam tahap investigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Namun, beberapa faktor umum yang sering menjadi perhatian dalam kecelakaan pesawat meliputi:
1. Cuaca: Kondisi cuaca buruk, seperti hujan lebat, angin kencang, atau kabut tebal, sering kali menjadi penyebab gangguan penerbangan, terutama di wilayah pegunungan atau area terpencil.
2. Kondisi Medan: Wilayah terpencil atau pegunungan yang menjadi rute pesawat perintis bisa menyulitkan navigasi dan manuver pesawat, terutama di kondisi cuaca ekstrem.
3. Kondisi Teknis Pesawat: Pemeriksaan teknis pesawat, termasuk perawatan rutin atau kerusakan pada mesin dan komponen, juga menjadi aspek yang diselidiki.
Pesawat perintis yang lebih sering terbang di rute-rute sulit bisa mengalami tekanan ekstra pada sistemnya.
4. Human Error: Faktor kesalahan manusia, baik dari sisi pilot maupun kontrol penerbangan, dapat berkontribusi, terutama dalam situasi darurat atau pengambilan keputusan yang kritis.
5. Gangguan Navigasi atau Komunikasi: Area terpencil sering kali memiliki keterbatasan infrastruktur navigasi dan komunikasi yang memadai, sehingga bisa memengaruhi penerbangan pesawat perintis.
KNKT saat ini tengah mengumpulkan bukti-bukti dari lokasi kecelakaan, termasuk kondisi cuaca saat kejadian, rekam jejak pemeliharaan pesawat, dan wawancara dengan saksi serta pihak terkait untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan ini. ***