Makassar (mediapesan) – Aksi mural bertema “Adili Jokowi” semakin marak bermunculan di berbagai sudut Kota Makassar, (3/2/2025).
Fenomena ini mulai ramai sejak Maret 2024, dan semakin intensif menjelang pengumuman hasil pemilu oleh Mahkamah Konstitusi (MK) yang dijadwalkan pada Selasa, 4 Februari 2025.
Tulisan-tulisan ‘provokatif’ tersebut kini dapat ditemui di sejumlah titik strategis seperti di wilayah sekitar Pettarani, Hertasning, Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Alauddin.
Mural ini tidak hanya sekadar coretan di tembok, melainkan menjadi cerminan keresahan publik yang semakin menguat.
Pesannya jelas: masyarakat mendesak adanya pertanggungjawaban hukum terhadap Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).
Desakan ini semakin mengemuka setelah Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP), sebuah lembaga investigasi internasional, merilis daftar nominasi tokoh yang dinilai berkontribusi besar terhadap kejahatan terorganisir dan korupsi.
Nama Jokowi tercantum dalam daftar tersebut, memicu perdebatan sengit di tingkat nasional maupun internasional.
Fenomena ini tidak hanya menjadi sorotan lokal, tetapi juga menjadi tantangan bagi pemerintah daerah.
Di satu sisi, mereka harus menjaga ketertiban umum, sementara di sisi lain, harus menghadapi kritik yang terus mencuat dari berbagai lapisan masyarakat.
Sejak pengumuman OCCRP, laporan masyarakat kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI terhadap Jokowi semakin meningkat.
Bahkan, mantan Ketua KPK Abraham Samad turut mendesak agar pelaku utama kasus pagar laut dan sertifikat laut segera ditindak.
Aksi mural ini seolah menjadi bola salju yang terus menggelinding, mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap kinerja pemerintah.
Meski demikian, langkah konkret dari pihak berwenang masih dinantikan.
Apakah ini akan menjadi awal dari perubahan besar, atau hanya sekadar gelombang protes yang akan mereda seiring waktu?
Jawabannya mungkin akan terungkap setelah MK mengumumkan keputusannya besok.
Sementara itu, warga Makassar dan sekitarnya terus memantau perkembangan ini dengan cermat.
Mural tersebut bukan hanya sekadar ekspresi seni, melainkan suara hati masyarakat yang menuntut keadilan dan transparansi.