MEDIAPESAN, Gaza – Di tengah kepulan debu dan kobaran api, lima pemuda Palestina bahu-membahu menarik tubuh tak bernyawa dari kawah reruntuhan bangunan.
Adegan heroik itu terjadi setelah serangan udara Israel mengguncang salah satu kawasan padat penduduk di Jalur Gaza, Sabtu, 29 Juni 2025.
Dengan tangan kosong dan napas tersengal karena debu tebal, mereka turun ke dalam ceruk bangunan yang hancur total.
Api masih menyala di antara besi-besi bengkok dan beton yang retak. Mereka membentuk barisan, saling berpegangan agar tidak tergelincir saat mengangkat korban dari reruntuhan.
Ini saudara kami. Kami tidak bisa membiarkannya terbakar sendirian,” kata salah seorang pemuda yang terlibat dalam penyelamatan itu, kepada wartawan lokal.
Tak ada ambulans, tak ada alat berat—hanya solidaritas dan keberanian yang mereka punya.
Serangan tersebut merupakan bagian dari gelombang pemboman terbaru yang diluncurkan oleh militer Israel, yang mengklaim menargetkan fasilitas militan.
Namun, warga sipil kembali menjadi korban.
Di lokasi kejadian, tak terlihat tanda-tanda markas militan, hanya puing-puing rumah dan bangunan sipil.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 55.400 orang tewas dalam 24 jam terakhir (Anadolu Agency, red).
- Iklan Google -
Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah seiring berlanjutnya serangan dan sulitnya upaya penyelamatan.
Situasi kemanusiaan di Gaza kian memburuk.
Pemadaman listrik total, kekurangan bahan bakar, dan blokade yang masih berlangsung membuat rumah sakit nyaris lumpuh.
Sementara itu, warga sipil hanya bisa berharap agar malam berlalu tanpa ledakan berikutnya.