Mediapesan | Gowa – Modal kecil bukan alasan untuk berhenti bermimpi.
Di tangan H. Baharuddin Dg. Ampang, niat tulus yang dibarengi kerja keras mampu menumbuhkan harapan bagi banyak orang.
Berawal dari Rp100 ribu dan sebuah sepeda pinjaman, pria asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, itu kini memimpin pabrik penggilingan padi modern berkapasitas 40 ton beras per hari di atas lahan seluas 3 hektare, mempekerjakan 70 orang tenaga lokal, dan menyuplai kebutuhan beras hingga ke luar provinsi.
Awalnya saya cuma ingin bantu orang-orang sekitar supaya bisa hidup lebih baik, tutur H. Baharuddin Dg. Ampang mengenang masa-masa awal usahanya.
Dari Sepeda Pinjaman ke Pabrik Modern
Perjalanan H. Baharuddin Dg. Ampang dimulai pada tahun 1995.
Dengan sepeda pinjaman, ia berkeliling kampung menjual beras dari rumah ke rumah.
Ketekunan dan kejujuran membuat usahanya cepat dikenal dan dipercaya warga.
Hasil penjualan yang terus meningkat mendorongnya membuka pabrik penggilingan padi kecil berkapasitas satu ton per bulan.
Langkah sederhana itu menjadi titik balik dalam hidupnya.
- Iklan Google -
Karena suplai makin banyak, saya beranikan diri memperluas pabrik dan menambah mesin kapasitas enam ton, tuturnya, Rabu (29/10/2025).
Dari satu mesin ke dua, dari satu ton menjadi enam ton, dan kini mencapai 40 ton per hari, perjalanan H. Baharuddin Dg. Ampang adalah kisah konsistensi dalam kerja nyata.
Memberi Kerja, Menumbuhkan Harapan
Pertumbuhan usahanya membawa manfaat langsung bagi warga sekitar.
Para petani di Gowa dan Takalar kini tak perlu menjual gabah ke luar daerah.
Pabrik H. Baharuddin Dg. Ampang menampung hasil panen mereka dan menggerakkan roda ekonomi pedesaan.
Saya tambah mesin lagi karena suplai gabah lancar dan permintaan dari provinsi lain, termasuk Papua, juga terus bertambah, ungkapnya.
Keputusan itu bukan hanya soal bisnis, dirinya menandai kehadiran seorang pelaku usaha yang sadar akan tanggung jawab sosial — memberi pekerjaan, membuka peluang, dan menyalakan harapan.
Dari Penghargaan ke Pelayanan
Ketekunan H. Baharuddin Dg. Ampang tak luput dari perhatian pemerintah.
Ia diganjar Piala Adi Karya Pangan dan Piala Pelopor Ketahanan Pangan pada 2012 dan 2013 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun, baginya, penghargaan bukanlah tujuan.
Yang penting, usaha ini bisa bermanfaat bagi orang lain, katanya sederhana.
Kini, bersama sang istri Hj. Syamsinar Dg. Sambara, H. Baharuddin Dg. Ampang juga mengembangkan objek wisata Permandian Je’netallasa Sileo, yang ramai dikunjungi warga sekitar.
Sebuah wujud lain dari tekadnya untuk terus memberi.
Nama yang Jadi Doa
Uniknya, setiap usaha yang dibangun H. Baharuddin Dg. Ampang sarat makna keluarga.
Palampang Agung itu gabungan dari nama saya dan anak saya, Ampang dan Agung. Sedangkan permandian Je’netallasa diambil dari nama ibu saya, Tallasa, ujarnya.
Kini, lelaki yang tetap setia mengendarai motor ke pabriknya itu bisa tersenyum lega.
Dari niat kecil dan modal seratus ribu rupiah, ia menanam benih kebaikan yang tumbuh menjadi sumber kehidupan bagi ratusan orang.
Sebuah kisah nyata tentang ketulusan, kerja keras, dan keikhlasan yang menumbuhkan — bukan hanya padi, tetapi juga harapan bagi banyak jiwa di Gowa.



