Kafe Kecil, Tantangan Besar: Ketika Media Sosial Menjadi Penyelamat Bisnis Kuliner di Singapura

Reporter Burung Hantu
Ilustrasi: Pemilik kafe belajar memaksimalkan media sosial untuk mengangkat kembali bisnis kuliner warisan Peranakan.

Mediapesan | Singapura – Dalam lanskap kuliner Singapura yang dipenuhi pilihan, cara orang menemukan tempat makan pun ikut berubah.

Survei SevenRooms menunjukkan lebih dari separuh warga Singapura—termasuk 59 persen Gen Z—mengandalkan media sosial untuk memilih restoran baru.

Di tengah arus digital itu, para pelaku usaha yang tak fasih berpromosi online sering kali tertinggal.

- Iklan Google -
Mediapesan.com terdaftar di LPSE dan E-Katalog Klik gambar untuk melihat Katalog kami.

Talking Point mencoba menjembatani kesenjangan tersebut.

Program itu menggandeng Dylan Tan, salah satu pendiri Craft Creative, untuk membantu Christopher Lim (62), pengelola Marie’s Lapis Cafe di Bedok North.

Lima tahun sudah kafe rumahan itu menyajikan makanan dan hidangan penutup Peranakan buatan tangan, resep keluarga yang diwariskan turun-temurun. Namun, secara bisnis, kafe kecil ini terseok.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

“Kami hanya bertahan hidup di atas tali,” kata Lim, dikutip dari Channel News Asia.

Demi mempertahankan operasional, ia menjual rumah, mencairkan tabungan CPF, hingga polis asuransinya. Semua dilakukan untuk menjaga kafe tetap hidup.

Pendampingan Tan dimulai dari hal paling mendasar: membangun kehadiran digital.

- Iklan Google -

Marie’s Lapis Cafe meluncurkan video pendek yang menyoroti warisan kulinernya.

Lim didorong untuk aktif memposting setidaknya seminggu sekali, membalas komentar pelanggan, sesekali membuat promosi, hingga mempertimbangkan kolaborasi dengan influencer atau menyelenggarakan acara bertema.

Perubahan itu cepat terasa, dalam dua minggu, kafe yang sebelumnya sepi mulai penuh saat layanan makan siang hari Minggu.

Pemesanan untuk bulan berikutnya juga mengalir. Omzet melonjak 30 hingga 40 persen.

Lim menyebutnya sebagai “awal yang harus dipertahankan”.

Namun efektivitas media sosial bukan berarti tanpa batas.

Baca Juga:  Porkot Makassar 2023, Kecamatan Rappocini Unggulkan Cabang Renang

Lonjakan like, share, dan komentar tidak serta-merta menyelesaikan persoalan struktural yang dihadapi bisnis kecil—mulai dari biaya sewa, tenaga kerja, hingga ketahanan finansial.

Kisah Marie’s Lapis Cafe menunjukkan satu hal: kehadiran digital bisa menjadi penopang penting, tapi bukan satu-satunya penentu.

Di balik layar, daya tahan, strategi bisnis, dan dukungan berkelanjutan tetap menjadi fondasi agar sebuah kafe kecil bisa bertahan di tengah kompetisi besar.

(*/red)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *