Mediapesan | Makassar – Ketegangan di dua wilayah padat penduduk—Sapiria (Kelurahan Lembo) dan Borta (Kelurahan Suangga)—kembali pecah setelah meninggalnya Nursyam Sutte alias Civas (40), warga Sapiria, akibat luka tembak yang menembus hingga otak kecil.
Peristiwa itu berbuntut bentrokan susulan dan pembakaran rumah warga.
Keluarga korban mempertanyakan penanganan RS Akademis Jaury Makassar yang disebut lamban sehingga memperparah kondisi Civas.
Namun pihak rumah sakit membantah keras dugaan tersebut.
Dalam klarifikasinya pada 18 November 2025, Humas RS Akademis, A. Arsy Islami Am, menjelaskan bahwa dugaan keterlambatan terjadi karena informasi awal yang diberikan keluarga tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.
“Keluarga, termasuk istri, anak korban, dan pengantarnya menyampaikan bahwa korban jatuh dari lantai tiga saat mengerjakan rumah tetangga. Dengan informasi itu, pasien langsung ditangani sebagai cedera jatuh dan kami lakukan CT-Scan,” ujar Arsy.
Hasil CT-Scan kemudian menunjukkan adanya benda asing di dalam kepala yang tak sesuai dengan pola cedera akibat jatuh.
Dari temuan itulah dokter mulai mencurigai adanya luka tembak.
- Iklan Google -
Setelah informasi yang benar terungkap, tim bedah melakukan operasi selama lima jam.
Civas dipindahkan ke ICU pukul 19.15 WITA pada 17 November sebelum dinyatakan meninggal pukul 05.44 WITA.
“Semua tindakan dilakukan sesuai standar emergensi. Tidak ada penundaan dari tenaga medis,” tegas Arsy.

Aparat Kerahkan 150 Personel, Blokade Wilayah Bentrokan
Situasi di lokasi kejadian memanas hingga TNI dan Polri mengerahkan kekuatan penuh.
Sejumlah titik rawan diblokade untuk mencegah bentrokan susulan antara dua kelompok warga.
Komandan Kodim 1408/Makassar, Letkol Kav. Ino Dwi Setyo Darmawan, mengonfirmasi pengerahan pasukan dalam jumlah besar, termasuk prajurit kavaleri dan personel lintas satuan.
“Ada 150 personel gabungan yang kami turunkan malam ini. Tujuannya untuk mendukung kepolisian mengendalikan situasi setelah rentetan keributan dan pembakaran rumah,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pengamanan akan terus dilakukan hingga keadaan benar-benar kondusif.
“Kami tidak akan menarik pasukan sebelum ketegangan reda. Fokus jangka pendek adalah memastikan warga bisa beristirahat dengan aman,” kata Ino.
Untuk jangka panjang, TNI dan Polri menyiapkan pendekatan sosial dan rekonsiliasi agar konflik antarwarga tidak kembali berulang.
“Kami akan lakukan rekonsiliasi dan membuat kesepakatan damai dengan masyarakat,” tambahnya.
Penyelidikan: Senapan Angin, Aksi Pembakaran, dan Dugaan Pemicu Baru
Hingga malam ini, aparat gabungan tetap menutup akses menuju dua titik bentrokan di Sapiria dan Borta.
Patroli bersama warga terus dilakukan untuk memantau mobilisasi massa dan mencegah serangan balasan.
Polisi dan TNI juga sedang menyelidiki penyebab bentrokan terbaru, termasuk menelusuri asal-usul senapan angin yang diduga digunakan dalam insiden penembakan di Sapiria.
Selain itu, aparat turut mengusut bukti-bukti kebakaran rumah yang terjadi pada malam kerusuhan.
Konflik Sapiria–Borta, yang kerap muncul dalam beberapa tahun terakhir, kembali memasuki babak genting.
Aparat berharap proses rekonsiliasi dapat segera meredam ketegangan sebelum eskalasi meluas ke wilayah sekitar.




