Sulsel (mediapesan) – Ketua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Muhammad Asrul membuka acara Konferensi Wilayah X LMND Sulawesi Selatan, di Palopo, Sulawesi Selatan, Jumat lalu (8/9/2023).
Muhammad Asrul menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya konferensi wilayah yang ke-X LMND Sulawesi Selatan. Dirinya menekankan agar proses tersebut dimaknai dan dijadikan sebagai ruang pertarungan ide dan gagasan yang didasarkan pada realitas ekonomi-politik global, nasional maupun regional sehingga melahirkan program organisasi yang relevan dengan kebutuhan dan gerak sejarah saat ini.
“Proses ini tidak boleh hanya dimaknai sebagai pergantian kepemimpinan saja tetapi lebih jauh dari itu. Tantangan organisasi mahasiswa saat ini dan kedepannya adalah soal irelevansi. Karena itu, kita harus mampu menganalisa perubahan zaman yang sangat cepat ini dan mempersiapkan segala fasilitas untuk menjaga dan mendorong agar organisasi mahasiswa tetap relevan serta keberadaannya tetap dibutuhkan,” kata Asrul.
Asrul juga mengatakan, Indonesia harus banyak belajar dan mengambil pelajaran dari pengalaman saat menghadapi bencana global, seperti Pandemi Covid-19 dan memanasnya politik kawasan antara Rusia dan Ukraina.
Menghadapi Pandemi, kata Asrul, Indonesia harus mengakui kekurangan dan kelemahannya di berbagai sisi walaupun pada akhirnya Indonesia berhasil keluar dari ancaman yang serius tetapi dampaknya jelas nyata bagi kehidupan masyarakat.
“Misalnya dari aspek kesehatan, kurang siapnya penanganan Covid menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi, kurang dan terbatasnya APD bagi korban dan tenaga medis, keterbatasan bahan baku obat-obatan akibat mengandalkan impor dan keterbatasan tenaga medis akibat mahalnya biaya pendidikan kedokteran. Begitu pula, dalam aspek ekonomi, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan harus hidup dalam penderitaan akibat hilangnya sumber pemasukan sebagai konsekuensi dari kebijakan pemerintah untuk mengendalikan pandemi Covid-19,” kata Asrul.
Di sisi lain, memanasnya politik kawasan antara Rusia-Ukraina memberi dampak besar terjadinya krisis energi dan pangan dunia. Hal ini akibat banyaknya negara-negara global ketergantungan pangan dan energi terhadap dua negara ini, termasuk Indonesia. Ketergantungan ini, kata dia, menjadi alarm bagi Indonesia untuk membangun kemandirian dan kedaulatan pada semua lini sektor.
“Kebijakan hilirisasi yang didorong pemerintah saat ini harus ditopang. Karena itu, pembangunan industri nasional harus menjadi program strategis nasional untuk menegaskan posisi dan kemandirian Indonesia di mata dunia. Apalagi geopolitik global mengalami pergeseran dari uni-polar menjadi multipolar, serta munculnya kekuatan-kekuatan baru ekonomi politik global yang menggeser AS seperti China, Rusia, India, Jepang dan Korea. Asia telah muncul sebagai kekuatan ekonomi baru dunia,” ungkap Asrul.
Lebih lanjut, Asrul mengatakan bahwa tantangan lain yang dihadapi Indonesia saat ini adalah era disruptif teknologi. Kemajuan pengetahuan dan teknologi informasi, kata dia, mengharuskan Indonesia untuk beradaptasi dan melakukan langkah-langkah strategis untuk perombakan sistem dan kurikulum pendidikan. Sistem dan kurikulum harus mampu menjawab tantangan global dan era disruptif teknologi hari ini.
“Sistem dan kurikulum pendidikan kita harus berada di depan perkembangan dan kemajuan teknologi untuk menuntun kita pada kemajuan. Sehingga pendidikan lah yang akan membukakan jalan untuk masa depan kemajuan Indonesia. Dia tidak boleh berada di belakang sebab jika seperti itu maka Indonesia akan selalu ketinggalan,” kata Asrul.