mediapesan.com | Diplomasi publik untuk memperkenalkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi di dunia mendapatkan momentum.
Bahkan, usaha ini semakin intensif menjelang kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024.
Menyebarkan “Soft Power” Melalui Bahasa
Diplomasi publik sebagai instrumen soft power merupakan upaya untuk mempengaruhi orang atau organisasi di luar negara dengan cara positif, mengubah persepsi terhadap suatu negara.
Menurut Algooth Putranto, pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), pengakuan UNESCO terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di PBB, dan rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia adalah momentum penting yang harus dimanfaatkan oleh seluruh pihak, terutama perguruan tinggi.
Momentum Diplomasi Publik di Vatikan
Algooth Putranto menjadi satu-satunya akademisi dalam delegasi masyarakat sipil Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) yang berkunjung ke Vatikan.
Delegasi tersebut berdiskusi dengan sejumlah pejabat penting asal Indonesia di Tahta Suci Vatikan.
Bahasa Indonesia: Identitas dan Alat Perdamaian
Menurut Ketua Delegasi PWKI, AM Putut Prabantoro, penggunaan Bahasa Indonesia dalam media komunikasi internasional merupakan langkah strategis dalam mewujudkan perdamaian dunia, sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945.
Selain sebagai alat komunikasi, Bahasa Indonesia juga merupakan identitas sebuah negara.
Pengakuan Bahasa Indonesia oleh UNESCO sebagai salah satu bahasa resmi di PBB memberikan momentum baru bagi diplomasi publik Indonesia.
Perjuangan Bahasa Indonesia di Ranah Internasional
Dalam diskusi di Vatikan, Algooth menjelaskan pentingnya peran perguruan tinggi Indonesia dalam diplomasi publik untuk mempromosikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah tuntutan jurnal ilmiah berbahasa Inggris, padahal Bahasa Indonesia sudah diakui oleh UNESCO.
Untuk mengatasi hal ini, perguruan tinggi perlu berperan aktif dalam meyakinkan pemerintah agar Bahasa Indonesia juga diakui sebagai bahasa resmi dalam jurnal internasional.
Dukungan dari Dirjen Pendidikan Tinggi
Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) telah menetapkan bahwa jurnal internasional harus menggunakan salah satu bahasa resmi PBB.
Hingga saat ini, bahasa yang diakui adalah Arab, Inggris, Rusia, Perancis, Spanyol, dan Mandarin. Algooth menekankan perlunya perguruan tinggi untuk melakukan persuasi terhadap Dikti agar Bahasa Indonesia juga diakui sebagai bahasa resmi dalam jurnal internasional.
Meningkatkan Kesadaran Global tentang Bahasa Indonesia
Diplomasi publik yang intensif juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global tentang pentingnya Bahasa Indonesia.
Menurut Algooth, saat ini, Bahasa Indonesia belum menjadi salah satu bahasa yang disajikan oleh Vatican News, media resmi di Tahta Suci Vatikan.
Menghadirkan Bahasa Indonesia di Forum Internasional
Meskipun Bahasa Indonesia telah diakui oleh UNESCO, upaya untuk menghadirkannya dalam forum internasional seperti Vatican News masih perlu diperkuat.
Bahasa Indonesia harus menjadi bagian penting dari media komunikasi global, termasuk di Vatican News yang berfungsi sebagai sumber informasi multi media tentang kegiatan, pernyataan, dan peristiwa yang berkaitan dengan Gereja Katolik global dan operasi Tahta Suci Vatikan. ***