Riset Populix: 46% Perusahaan di Indonesia Kesulitan Mencari Karyawan, Apa Penyebabnya?

Reporter Burung Hantu
Sebuah riset terbaru dari Populix mengungkapkan bahwa 46% (persen) perusahaan di Indonesia menghadapi kesulitan dalam mencari calon karyawan yang memenuhi kriteria, Sabtu (24/8/2024).

mediapesan.com | Sebuah riset terbaru dari Populix mengungkapkan bahwa 46% (persen) perusahaan di Indonesia menghadapi kesulitan dalam mencari calon karyawan yang memenuhi kriteria, Sabtu (24/8/2024).

Meski data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran per Februari 2024 mencapai 7,2 juta orang, tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menemukan karyawan yang sesuai ternyata lebih kompleks.

Riset yang dilakukan oleh Populix dan KitaLulus menunjukkan adanya kesenjangan antara kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan dengan keterampilan dan pengalaman yang dimiliki para pencari kerja.

- Iklan Google -

Gambar 1 Kesulitan yang dihadapi dalam mencari calon karyawan 1

Sebanyak 50% perusahaan menilai keterampilan teknis pelamar masih berada pada tingkat pemula, sementara 35% menyatakan keterampilan non-teknis (soft skills) juga belum memadai.

 

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Pentingnya Keterampilan dan Pendidikan

Ketimpangan ini tidak hanya terbatas pada keterampilan teknis dan non-teknis, tetapi juga mencakup tingkat pendidikan yang diminta oleh perusahaan.

Menurut Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix, semakin tinggi tingkat pendidikan yang diminta oleh perusahaan, semakin besar kesenjangan yang terjadi dengan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi tersebut.

- Iklan Google -

Hal serupa juga terlihat pada kebutuhan akan pengalaman kerja.

 

Tantangan yang Dihadapi Pencari Kerja

Di sisi lain, para pencari kerja juga merasakan betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan.

Rata-rata, mereka memberikan skor 5,02 (dari skala 1-10) ketika diminta menilai tingkat kesulitan dalam mencari pekerjaan.

Hambatan utama yang dirasakan adalah tingginya persyaratan pengalaman kerja (63%), tingkat pendidikan (58%), serta adanya batasan usia (53%).

Vivi juga menambahkan bahwa terdapat ketidakcocokan antara jumlah pencari kerja dengan lowongan pekerjaan yang tersedia, terutama pada tingkat pendidikan tertentu.

Baca Juga:  Ngopi Bareng Wartawan dan Pegawai Cafe White House, Suasana Ramadhan di Kampoeng Ramadhan Makassar

Ketersediaan lowongan untuk lulusan SMP (13%), S1 (16%), dan S2 (19%) masih sedikit dibandingkan dengan jumlah pencari kerja di kategori tersebut.

Gambar 2 Ketidakcocokan Jumlah Lowongan Terkait Pendidikan 1

Solusi dari KitaLulus

Untuk mengatasi masalah ini, KitaLulus menyediakan fitur AI yang membantu mencocokkan pencari kerja dengan kebutuhan lowongan yang sesuai.

Co-Founder KitaLulus, Stevien Jimmy, menyatakan bahwa fitur ini dirancang untuk membantu pencari kerja menilai dan meningkatkan kualifikasi mereka agar lebih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Meskipun tantangan yang dihadapi pencari kerja dan perusahaan terlihat berat, riset Populix dan KitaLulus ini memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang pentingnya peningkatan keterampilan dan pendidikan.

Dengan demikian, pencari kerja diharapkan dapat lebih percaya diri dan lebih siap menghadapi persaingan di pasar kerja yang semakin ketat.

Laporan lengkap dari riset ini, berjudul “Bridging the Gap: Understanding Job Mismatch in Today’s Workforce,” diluncurkan pada acara NAKER FEST 2024 di JIEXPO Kemayoran dan dapat diunduh melalui https://populix.club/report-jobmismatch

***

(sp)

Tag ,
Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *