Jakarta (mediapesan) – Presiden RI, Prabowo Subianto teken UU dan aturan baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui Danantara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025 yang mengubah UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2025 terkait tata kelola Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara.
Presiden juga menetapkan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2025 yang mengangkat Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana Danantara.
Lembaga ini diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, dengan target mencapai 8%.
Danantara yang resmi diluncurkan akan mengelola investasi sumber daya alam dan aset negara ke dalam proyek berkelanjutan, dan berdampak tinggi di sektor energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, hingga produksi pangan, ujar Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah memperkenalkan Danantara, sebuah lembaga investasi baru yang bertujuan untuk mengelola dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara lebih strategis.
Jika sebelumnya dividen BUMN langsung masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk belanja negara, kini dana tersebut akan diinvestasikan terlebih dahulu agar berkembang sebelum kembali ke kas negara.
Bagaimana Skema Danantara?
Tahun 2025, dividen BUMN diperkirakan mencapai Rp300 triliun.
Dari jumlah tersebut, Rp200 triliun akan dikelola Danantara dengan harapan bisa berkembang menjadi Rp1.000 triliun dalam jangka waktu tertentu.
Keuntungan dari investasi ini nantinya bisa kembali ke APBN atau diputar lagi untuk investasi lebih lanjut.
Danantara akan berinvestasi di berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, properti, infrastruktur, dan bisnis strategis baik di dalam maupun luar negeri.
Mirip Temasek, Tapi Berbeda
Beberapa pihak membandingkan Danantara dengan Temasek Holdings dari Singapura. Namun, ada perbedaan mendasar:
• Temasek memperoleh modal awal dari aset yang sudah dikelola, bukan dari dividen BUMN atau APBN.
• Struktur Temasek sepenuhnya independen, tanpa campur tangan pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan.
Fokus utamanya adalah return on investment (ROI), bukan agenda politik.
• Danantara memiliki sumber modal yang lebih luas, termasuk dividen BUMN, Penyertaan Modal Negara (PMN), efisiensi APBN, dan aset BUMN.
Modal awalnya juga lebih besar dan ambisius.
Peluang dan Risiko
Jika sukses, Danantara bisa menjadi game changer ekonomi Indonesia dengan menarik investasi global dan mengurangi ketergantungan APBN pada pajak.
Namun, jika gagal, dampaknya bisa sangat besar, termasuk defisit APBN, potensi kerugian besar, investor asing hengkang, hingga BUMN yang sehat bisa ikut terdampak.
Risiko lain yang dihadapi adalah kemungkinan proyek ini disalahgunakan untuk kepentingan tertentu.
Jika ada penyalahgunaan atau korupsi, dampaknya bisa lebih besar dari sekadar hukuman pidana biasa.
Solusi Agar Danantara Berjalan Baik
Untuk memastikan keberhasilan Danantara, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan:
• Independensi yang kuat – Fokus pada investasi dan keuntungan, bukan agenda politik.
• Profesionalisme SDM – Harus dikelola oleh orang-orang yang kompeten dan kredibel.
• Transparansi dan akuntabilitas – Publik dan investor harus tahu ke mana dana ini dialokasikan dan bagaimana perkembangannya.
Tantangan Sentimen Publik
Saat ini, publik masih skeptis terhadap proyek ini, mengingat pengalaman buruk pada beberapa megaproyek sebelumnya.
Pemerintah harus memahami bahwa kepercayaan masyarakat tidak bisa dibangun dalam semalam.
Jika tidak dikelola dengan baik dan transparan, kritik keras pasti akan muncul.
Pada akhirnya, jika Danantara bisa dijalankan secara profesional dan akuntabel, dampaknya bisa sangat positif bagi ekonomi nasional.
Namun, jika justru menjadi ajang kepentingan pribadi, dampaknya bisa lebih buruk dari sekadar kegagalan investasi biasa.