Jakarta | Mediapesan – Gas bukan sekadar urusan pipa, angka produksi, atau laporan laba rugi.
Bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), anak usaha Pertamina, gas bumi justru jadi pintu masuk untuk mengajukan diri sebagai “tetangga baik” di sekitar area operasional mereka.
Caranya? Dengan membalut bisnis yang penuh tekanan pasar dengan jargon good corporate governance alias tata kelola yang baik, sembari meracik sejumlah program sosial dan lingkungan.
Keberhasilan PGN tidak hanya terukur dari sisi bisnis, tetapi juga dari bagaimana keberadaan PGN mampu membangun hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar, kata Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman, dalam keterangan resminya.
Pernyataan itu tak berhenti sebagai kalimat klise. PGN mengklaim menyalurkan perhatian mereka lewat berbagai program.
Salah satu yang paling “instagramable” adalah Festival Suadesa 2025 di Karangrejo, Borobudur.
Bukan sekadar festival, acara ini ikut menggeliatkan ekonomi warga sekitar dengan melibatkan 40 UMKM—mulai dari kuliner sampai homestay.
Ada pula program Padi Biosalin di pesisir utara Jawa Tengah.
- Iklan Google -
Di area yang tanahnya cenderung asin, PGN bersama BRIN, Pemda Semarang, dan Jepara mengembangkan riset pertanian agar petani tetap bisa panen.
Program ini jadi semacam bukti bahwa gas bisa menyentuh sawah—meski hanya lewat jalur CSR.

Di Sumatera Selatan, PGN hadir lewat program Sister Dewa yang berfokus pada petani karet Desa Pagar Dewa.
Mereka tak hanya bicara soal harga jual, tetapi juga mendampingi pembuatan pupuk organik, pembentukan koperasi, hingga bank sampah.
Belum selesai. Ada agenda lain: coastal clean up di Hari Lingkungan Hidup Sedunia, sinergi dengan KLH di Sungai Ciliwung, hingga rehabilitasi mangrove yang bahkan bertransformasi jadi ekowisata di Gresik.
Semua ini dibungkus sebagai komitmen keberlanjutan perusahaan.
Yang kami lakukan harus memberikan manfaat nyata. Selain mendorong kemandirian ekonomi, kami juga mengajak masyarakat peduli pada kelestarian lingkungan, ujar Fajriyah.
Tentu, publik boleh saja mengajukan pertanyaan lanjutan: seberapa jauh program ini akan berkelanjutan tanpa ketergantungan pada dana CSR? Apakah benar mampu mengimbangi dampak lingkungan dari bisnis energi fosil yang tetap dijalankan PGN?
Namun, bagi PGN, narasi keberlanjutan tampaknya sudah menjadi strategi reputasi.
Kalau bisnis gas bumi harus terus berjalan, maka cerita soal petani karet, padi biosalin, hingga festival UMKM akan terus menemani.