Dari Sisa Makanan ke Ekonomi Hijau: Inovasi Anak Desa di Balik Program MBG

Reporter Burung Hantu
Pemilahan limbah dapur menjadi langkah awal menuju ekonomi hijau—dari tumpukan sampah, lahir peluang keberlanjutan.

Jakarta | Mediapesan – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tak hanya mengisi perut anak-anak Indonesia, tetapi juga melahirkan gerakan baru: mengubah limbah dapur jadi sumber ekonomi hijau.

Di Lumajang, Jawa Timur, ide sederhana itu berkembang menjadi inovasi bernilai tinggi berkat tangan-tangan muda yang berpikir kreatif.

Asriafi Ath Thoriq, pemuda penerima Kalpataru dan Lencana Inovasi Desa, memandang sisa makanan MBG bukan sebagai sampah, melainkan sebagai modal hidup.

- Iklan Google -
Mediapesan.com terdaftar di LPSE dan E-Katalog Klik gambar untuk melihat Katalog kami.

Di tangannya, ampas nasi dan potongan sayur disulap menjadi eco enzymecairan hasil fermentasi limbah organik yang bisa digunakan sebagai disinfektan, pupuk cair, sabun alami, bahkan bahan dasar pakan ternak ramah lingkungan.

Limbah makanan seharusnya dipandang sebagai modal, bukan masalah.

Dengan kreativitas dan bimbingan, kita bisa menciptakan produk ramah lingkungan sekaligus meningkatkan ekonomi lokal, ujar Asriafi.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Inovasi ini segera menginspirasi banyak pemuda desa lain.

Salah satunya, Dzaki Fahruddin, petani muda dari Yosowilangun.

Ia memanfaatkan sisa makanan dari dapur MBG untuk membuat eco enzyme dan pupuk cair yang digunakan di lahan pertaniannya.

- Iklan Google -

Prosesnya sederhana. Limbah makanan dicacah, dicampur gula merah dan air, lalu difermentasi selama tiga bulan, jelas Dzaki.

Hasilnya, tanaman tumbuh lebih subur dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah.

20251010 160804
Limbah MBG.

Para petani yang awalnya skeptis, kini ikut bereksperimen mengolah limbah menjadi pupuk organik.

Inovasi ini bukan hanya mengurangi sampah, tapi juga menumbuhkan jiwa wirausaha hijau di kalangan anak muda desa, tambahnya.

Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional (BGN), Khairul Hidayati, menyebut gerakan ini sebagai bentuk nyata circular economy di sektor pangan.

Baca Juga:  Hizbullah Luncurkan Serangan Mendadak di Posisi Tentara Musuh di Harmon

Apa yang dilakukan para pemuda di Lumajang membuktikan bahwa program MBG tidak berhenti di dapur. Ada nilai tambah ekonomi, edukasi, dan keberlanjutan lingkungan di sana, kata Hida di Jakarta, Kamis lalu (9/10/2025).

BGN kini mendorong seluruh Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) di berbagai daerah untuk meniru langkah tersebut.

Harapannya, setiap dapur MBG tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga memakmurkan desa.

Kami ingin setiap dapur MBG memiliki sistem pengelolaan limbah yang produktif. Dengan begitu, program ini menjadi gerakan ekonomi hijau yang berkelanjutan, pungkas Hida.

Dari sisa makanan, tumbuh ekonomi hijau. Dari dapur desa, lahir masa depan berkelanjutan.

(*/red)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *