Makassar | Mediapesan – Harga emas dunia kembali mencetak sejarah.
Di pasar global, logam mulia itu melesat menembus US$3.600 per troy ounce, dipicu ketidakpastian ekonomi internasional dan spekulasi bahwa sejumlah bank sentral besar, termasuk The Federal Reserve, bakal memangkas suku bunga.
Lonjakan harga juga ditopang oleh tren investor yang menjadikan emas sebagai aset safe haven ketika pasar keuangan dilanda turbulensi.
Di dalam negeri, pelemahan rupiah terhadap dolar AS mempertebal efek kenaikan tersebut.
Harga jual emas Antam kini menembus Rp2.086.000 per gram—naik Rp26.000 dibanding sehari sebelumnya—dan menjadi level tertinggi sepanjang sejarah perdagangan emas di Indonesia.
Bagi pelaku usaha, khususnya sektor kecil dan menengah, tren ini menghadirkan dua sisi mata uang.
Biaya Produksi Melonjak
UMKM yang bergerak di industri perhiasan langsung terkena dampak.
Harga bahan baku yang tinggi menekan margin keuntungan, sementara konsumen cenderung menunda pembelian ketika harga sedang melambung.
Kondisi ini membuat pelaku usaha harus pintar menjaga cashflow agar produksi tetap berjalan, ujar seorang pengrajin perhiasan kepada media, Sabtu (13/9/2025).
- Iklan Google -
Diversifikasi Aset
Namun, bagi sebagian pelaku usaha dengan arus kas sehat, emas justru bisa menjadi instrumen lindung nilai.
Investasi pada logam mulia dipandang mampu menjaga nilai uang dari inflasi maupun depresiasi rupiah.
Daya Beli Tertekan
Efek domino lain adalah pada konsumsi masyarakat.
Ketika lebih banyak dana ditahan dalam bentuk emas, belanja non-prioritas ikut terpangkas.
Situasi ini bisa berdampak pada penjualan UMKM di sektor konsumsi rumah tangga.
Strategi Bertahan
Ekonom menyarankan agar UMKM mengantisipasi fluktuasi dengan beberapa langkah.
Pertama, menjaga cadangan kas agar bisnis tetap likuid meski penjualan turun.
Kedua, menyisihkan sebagian keuntungan untuk investasi emas, namun tidak sampai mengganggu modal kerja.
Ketiga, mencari alternatif bahan baku atau desain produk agar tetap menarik di mata konsumen.
Selain itu, kenaikan harga emas juga bisa dimanfaatkan sebagai momentum promosi.
Kampanye “beli sekarang sebelum makin mahal” atau penawaran cicilan disebut mampu menjaga minat pembeli di tengah tren harga tinggi.
Lonjakan emas hingga rekor tertinggi ini bukan sekadar catatan angka, melainkan sinyal bahwa ekonomi global sedang bergerak di bawah bayang-bayang ketidakpastian besar.