Mahasiswa di Palopo Gelar Aksi Protes Dugaan Jaringan Narkoba Libatkan Narapidana

Reporter Burung Hantu
Mahasiswa di Palopo gelar aksi di depan Markas Polres Palopo, Juni 2025.

Palopo, 18 Juni (MEDIAPESAN) – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Peduli Hukum (FPH) menggelar aksi unjuk rasa di depan Markas Polres Palopo, menuntut penegakan hukum yang lebih transparan menyusul dugaan keterlibatan narapidana dalam peredaran narkotika dari dalam Lapas Kelas II Palopo.

Aksi tersebut berlangsung sepekan setelah polisi menangkap tiga tersangka penyalahgunaan narkoba dalam Operasi Anti-Narkoba pada 11 Juni.

Menurut polisi, ketiganya mengaku memperoleh narkotika dari seorang narapidana yang sedang menjalani hukuman di Lapas Palopo.

- Iklan Google -
Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Transaksi diduga dilakukan secara daring, menyoroti lemahnya pengawasan di dalam lembaga pemasyarakatan.

Indikasi kuat menunjukkan bahwa lapas tak lagi menjadi tempat pembinaan, melainkan simpul peredaran narkoba, ujar Reski, salah satu peserta aksi.

Koordinator lapangan, Viki, menyebut aksi ini sebagai bentuk prakondisi.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Ia mengatakan demonstrasi akan terus berlanjut hingga Kementerian Hukum dan HAM turun tangan menyelidiki dugaan pelanggaran tersebut.

Ini bukan semata soal narkoba, tapi menyangkut integritas sistem hukum. Jika tak ditanggapi serius, kepercayaan publik terhadap sistem pemasyarakatan bisa runtuh, katanya.

Juru bicara Lapas Palopo, Khaerul, menyatakan pihaknya masih menunggu hasil penyidikan dari kepolisian terkait dugaan tersebut.

- Iklan Google -

Kami rutin melakukan penggeledahan untuk menekan penyalahgunaan ponsel ilegal di luar fasilitas resmi seperti wartelpas, kata Khaerul.

Ia mengakui masih ada kekurangan dalam pengawasan, namun menegaskan bahwa perbaikan terus dilakukan.

Jika ada pegawai yang terbukti melanggar aturan, kami tidak segan melaporkannya ke pusat, tambahnya.

Aksi ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran publik terhadap lemahnya pengawasan di lembaga pemasyarakatan Indonesia, yang selama ini kerap dikritik karena kelebihan kapasitas dan praktik ilegal yang berulang.

Baca Juga:  Brigade Martir Al-Aqsa Mengungkap “Unit Militer 65”, Unit Siber yang Bekerja Diam-diam Selama Pertempuran

(pl)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *