Mantan Presiden BEM UNG Jadi Mandor di Lokasi PETI, Pilihan Hidup yang Kontroversial

Reporter Burung Hantu
Mantan presiden BEM-UNG banting setir jadi mandor di lokasi PETI Dulupi. (ai/ho)

Gorontalo (mediapesan) – Aldi, mantan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Gorontalo (UNG), kini menjadi sorotan setelah mengambil keputusan karier yang mengejutkan, (17/1/2025).

Aktivis mahasiswa yang dulu vokal menyuarakan isu lingkungan dan keadilan sosial ini kini banting setir menjadi mandor di salah satu lokasi Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di wilayah Dulupi, Kabupaten Boalemo.

Keputusan Aldi ini menuai reaksi beragam dari berbagai kalangan.

- Iklan Google -

Ahmad, salah satu rekannya semasa kuliah, mengungkapkan bahwa Aldi kemungkinan menghadapi kesulitan ekonomi setelah lulus.

Setelah lulus, mungkin Aldi kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Menjadi mandor di lokasi PETI mungkin menjadi pilihan terakhir untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi, di lokasi itu dia bekerja sama dengan Pak Tendra, anggota Polri dari Polda Gorontalo. Jadi, menurut saya, hal ini sudah biasa saja, ujar Ahmad.

Namun, keputusan ini juga menimbulkan dilema moral.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Sebagai mantan aktivis lingkungan, langkah Aldi dianggap bertolak belakang dengan prinsip-prinsip yang pernah ia perjuangkan.

Wawan, rekan lainnya, melihat bahwa keputusan Aldi tidaklah mudah.

Saya yakin Aldi menyadari risiko lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas PETI. Namun, kebutuhan hidup mungkin menjadi prioritas utamanya, kata Wawan.

- Iklan Google -

Pandangan Masyarakat Dulupi

Masyarakat Dulupi pun memiliki pandangan yang beragam.

Sebagian pihak menyayangkan keputusan Aldi yang kini menjadi bagian dari aktivitas yang kerap dikaitkan dengan perusakan lingkungan.

Namun, tidak sedikit yang memaklumi pilihannya mengingat sulitnya kondisi ekonomi di daerah tersebut.

Baca Juga:  Hizbullah Klaim Hancurkan Tank Israel, 4 Tentara Tewas

PETI di Dulupi sendiri telah lama menjadi isu kontroversial, baik dari segi legalitas maupun dampaknya terhadap ekosistem setempat.

Aktivitas ini disebut-sebut merugikan lingkungan, sementara di sisi lain memberikan penghidupan bagi masyarakat yang sulit mendapatkan pekerjaan formal.

Peran Pemerintah dan Aparat Keamanan

Fenomena ini menunjukkan perlunya langkah konkret dari pemerintah daerah untuk mengedukasi masyarakat serta menyediakan solusi ekonomi alternatif yang berkelanjutan.

Aparat keamanan juga diharapkan bersikap tegas terhadap aktivitas ilegal semacam ini, alih-alih terlibat langsung dalam kegiatan yang justru memperparah kerusakan lingkungan.

Cerminan Realitas Generasi Muda

Kisah Aldi menjadi gambaran nyata tantangan generasi muda di daerah dengan keterbatasan lapangan kerja.

Pilihan hidup sering kali tidak semata-mata soal idealisme, tetapi juga soal bertahan hidup di tengah kerasnya realitas ekonomi.

Pertanyaannya, bisakah kebutuhan ekonomi masyarakat dipenuhi tanpa mengorbankan prinsip keberlanjutan lingkungan?

Jawaban atas dilema ini membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. ***

(ai)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *