Mediapesan | Jakarta – Ketua Umum Perayaan Natal Nasional 2025, Maruarar Sirait, meminta agar gelaran Natal tahun ini tidak berhenti pada seremoni.
Natal, menurutnya, harus berubah menjadi rangkaian aksi sosial yang memberi dampak langsung bagi masyarakat—sebuah cara memaknai kelahiran Yesus dengan lebih membumi.
Perayaan Natal Nasional akan dilaksanakan pada 5 Januari 2026 di Jakarta, dan dirancang dengan pendekatan baru: tidak megah secara acara, tetapi kuat secara manfaat.
Ara menegaskan bahwa fokus utamanya adalah kemanusiaan.
“Kita melihat isunya itu soal kemanusiaan. Umat Kristen di Indonesia mendukung langkah-langkah Bapak Presiden yang begitu gigih memperjuangkan itu. Dan kita juga ingin memberikan persembahan yang dikumpulkan pada saat Natal itu untuk perjuangan kemanusiaan bagi rakyat Palestina,” ujar Maruarar.
Aksi Sosial Jadi Agenda Sentral
Rangkaian acara tidak lagi berpusat pada panggung hiburan, melainkan pada bantuan pendidikan, paket sembako, bantuan tunai, hingga program kemanusiaan lain yang menyasar kelompok rentan.
Panitia menargetkan agar bantuan mampu menjangkau masyarakat yang benar-benar membutuhkan, bukan hanya di kota besar.
Apresiasi terhadap langkah Maruarar datang dari berbagai pihak, salah satunya Koordinator Wilayah 8 Pengurus Pusat GMKI, Vicky, yang menyebut inisiatif ini sebagai “langkah luar biasa dalam memaknai Natal.”
“Dari Pulau Sulawesi, saya sangat terharu dan bangga akan inisiasi luar biasa yang dilakukan oleh Ketua Umum Panitia Natal Nasional Tahun 2025, Bang Maruarar Sirait, yang mengajak kita merayakan Natal dengan memberikan cinta kasih nyata bagi sesama,” kata Vicky.
- Iklan Google -
Ia menambahkan bahwa gereja-gereja di daerah harus ikut menggerakkan agenda yang sama.
“Aksi ini tidak boleh hanya terjadi di pusat. Kita di daerah juga harus mengikuti pemikiran ini, agar gereja bermanfaat bagi bangsa dan negara.”
Menjangkau Daerah Terpencil
Menurut Vicky, panitia perlu memastikan bahwa bantuan tidak hanya terfokus di perkotaan.
Ia mendorong agar wilayah-wilayah terpencil — termasuk Simbuang dan Nosu di Toraja dan Mamasa — masuk dalam radar distribusi bantuan.
“Saya pernah melihat perjuangan seorang hamba Tuhan yang harus melewati jalanan ekstrem untuk melayani. Ini harus menjadi perhatian khusus,” ujarnya.
Dorongan tersebut sejalan dengan gagasan Maruarar: menjadikan Natal 2025 sebagai gerakan solidaritas yang terasa hingga pelosok.
Dengan model baru ini, Perayaan Natal Nasional 2025 ingin menegaskan bahwa Natal bukan sekadar perayaan, tetapi perwujudan cinta kasih Tuhan yang tidak terbatas — hadir melalui tindakan konkret, lintas wilayah, dan menyentuh mereka yang paling membutuhkan.



