MEDIAPESAN – Dunia keamanan siber tengah memasuki babak baru.
Seiring pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan komputasi kuantum, tantangan terhadap perlindungan data pribadi dan sistem digital diprediksi meningkat tajam.
Pakar keamanan digital memperingatkan, teknologi AI yang semakin canggih berpotensi digunakan tidak hanya untuk memperkuat pertahanan, tetapi juga untuk mengembangkan serangan siber otomatis yang lebih cepat dan sulit dideteksi.
AI bisa mengenali celah keamanan dalam hitungan detik, mengalahkan sistem pertahanan tradisional, sebut salah satu ahli keamanan dari CyberTech Institute.
Sementara itu, munculnya komputasi kuantum (Quantum Computing) menambah dimensi baru terhadap risiko siber.

Dengan kemampuannya memproses data jauh lebih cepat dari komputer biasa, quantum computing berpotensi mengobrak-abrik algoritma enkripsi yang saat ini menjadi fondasi keamanan data dunia.
Jika enkripsi saat ini bisa dibobol dalam hitungan tahun oleh supercomputer, komputer kuantum dapat melakukannya dalam hitungan jam, bahkan menit, ungkap ahli tersebut.
Apa yang Harus Disiapkan?
Para ahli menyarankan tiga langkah utama:
- Mengadopsi Quantum-Safe Encryption: Mulai beralih ke algoritma yang tahan terhadap serangan kuantum.
- Mengintegrasikan AI untuk Pertahanan: Menggunakan kecerdasan buatan untuk deteksi dini dan respons otomatis terhadap serangan.
- Peningkatan Literasi Siber: Masyarakat perlu lebih paham soal ancaman baru agar tidak menjadi korban teknik serangan modern seperti deepfake phishing atau serangan berbasis bot AI.
Cyber Hub Indonesia adalah salah satu yang fokus pada kesiapan teknologi nasional menghadapi era kuantum.
Dengan ancaman yang semakin kompleks, keamanan siber tidak lagi menjadi opsi, melainkan kebutuhan mendesak:
Siapa yang siap, dia yang bertahan.