Mediapesan | Mamuju – Sekelompok ilmuwan Indonesia tengah berupaya menjawab satu pertanyaan lama yang menggantung di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat: apa yang sebenarnya terkandung dalam tanah daerah ini hingga membuat radiasi alamnya begitu tinggi?
Penelitian terbaru tersebut dipimpin oleh Adi Rahmansyah Amir Abdullah dan Sidik Permana, dua ilmuwan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), bekerja sama dengan peneliti dari BRIN.
Upaya ini bukan tanpa alasan, Mamuju telah lama dikenal secara global sebagai salah satu wilayah dengan radiasi latar belakang alami tinggi atau high natural background radiation area (HBNRA).
Mengutip dari National Geographic, temuan terbaru mereka masuk dalam laporan Evaluation of Public Exposure to Ionizing Radiation 2025, yang mencatat bahwa tingkat radiasi alam di Mamuju mencapai 60 kali lebih tinggi dibanding rata-rata global.
Angka ini menempatkan Mamuju dalam daftar kawasan radiasi alam paling intens di dunia.
Dalam studi berjudul “Investigating the soil surface properties behind elevated natural radiation in Mamuju, Indonesia”, para peneliti ITB dan BRIN menelaah proses geokimia yang memungkinkan uranium (U), thorium (Th), dan kalium (K) menumpuk pada lapisan tanah permukaan di wilayah tersebut.
“Melalui pengambilan sampel lapangan yang sistematis, karakterisasi geokimia, dan pengukuran radiologi, kami menemukan bahwa distribusi radionuklida terutama diatur oleh intensitas pelapukan dan lateritisasi,” tulis mereka dalam makalah yang terbit di jurnal Scientific Reports.
Lebih jauh, tim menjelaskan bahwa konsentrasi uranium dan thorium paling tinggi ditemukan pada tanah asam yang kaya lempung, sementara unsur kalium cenderung muncul pada profil tanah yang kurang mengalami pelapukan.
Penelitian ini bukan hanya menjelaskan apa yang terkandung dalam tanah Mamuju, tetapi juga membuka jalan bagi diskusi lebih besar mengenai risiko paparan jangka panjang dan bagaimana kebijakan mitigasi perlu dirancang secara berbasis bukti ilmiah.



