Moneter dan Fiskal: Dua Mesin yang Menentukan Kekuatan Ekonomi

Reporter Burung Hantu
Uang kertas Rupiah.

Mediapesan – Ketika berbicara tentang kesehatan ekonomi sebuah negara, dua istilah kerap muncul: moneter dan fiskal.

Keduanya ibarat dua mesin dalam satu kendaraan besar bernama perekonomian.

Jika bekerja seirama, laju ekonomi bisa stabil, kuat, dan tahan guncangan.

- Iklan Google -
Mediapesan.com terdaftar di LPSE dan E-Katalog Klik gambar untuk melihat Katalog kami.

Namun, apa sebenarnya arti moneter dan fiskal? Bagaimana keduanya saling melengkapi?

Apa itu moneter?

Kebijakan moneter berada di tangan bank sentraldi Indonesia dijalankan oleh Bank Indonesia.

Fokusnya adalah mengendalikan jumlah uang beredar, suku bunga, dan nilai tukar rupiah.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Tujuan utamanya adalah menjaga stabilitas harga.

Sebab, inflasi yang terlalu tinggi akan menggerus daya beli masyarakat, sementara inflasi yang terlalu rendah bisa menandakan ekonomi lesu.

Bank sentral memiliki sejumlah instrumen, antara lain:

- Iklan Google -
  • Suku bunga acuan untuk memengaruhi biaya pinjaman dan tabungan.
  • Operasi pasar terbuka untuk mengatur likuiditas perbankan.
  • Cadangan wajib minimum bank sebagai kontrol peredaran uang.
  • Intervensi nilai tukar demi menjaga stabilitas rupiah.

Apa itu fiskal?

Berbeda dengan moneter, kebijakan fiskal dijalankan oleh pemerintah.

Instrumen utamanya adalah pajak sebagai sumber penerimaan negara dan belanja negara sebagai penggerak perekonomian.

Kebijakan fiskal mencakup:

  • Pengumpulan pajak dari masyarakat dan dunia usaha.
  • Pengeluaran negara untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial.
  • Subsidi serta insentif untuk mendorong sektor tertentu.
  • Pengelolaan defisit anggaran yang berpengaruh pada utang negara.

Tujuan akhirnya adalah pertumbuhan ekonomi, pemerataan, dan stabilitas anggaran.

Mengapa keduanya harus selaras?

Ekonomi tidak hanya soal angka, melainkan keseimbangan. Di sinilah moneter dan fiskal perlu berjalan bersama.

Baca Juga:  Pasar Saham AS Melemah, Dow Jones Turun 0,86 Persen

  • Saat inflasi melonjak, bank sentral bisa menaikkan suku bunga untuk menekan konsumsi, sementara pemerintah mengurangi belanja konsumtif dan mengalihkan anggaran ke sektor produktif.
  • Saat ekonomi melambat, bank sentral menurunkan suku bunga untuk mendorong kredit, sementara pemerintah menambah belanja infrastruktur dan memberikan bantuan sosial.
  • Saat terjadi guncangan nilai tukar, bank sentral menjaga rupiah, sementara pemerintah memperkuat penerimaan pajak dan mengurangi defisit.

Keselarasan ini menentukan apakah sebuah negara bisa menghadapi krisis dengan tangguh atau justru goyah.

Pelajaran dari pandemi

Pengalaman pandemi COVID-19 menjadi contoh nyata.

Pada 2020, pemerintah Indonesia menggelontorkan belanja besar untuk kesehatan, bantuan sosial, dan pemulihan ekonomi—itulah kebijakan fiskal.

Di sisi lain, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, memberi likuiditas tambahan ke perbankan, dan menstabilkan rupiah—itulah kebijakan moneter.

Kombinasi keduanya membantu menahan resesi lebih dalam dan menjaga agar roda ekonomi tetap berputar.

Ekonomi kuat, rakyat sejahtera

Singkatnya, moneter mengatur uang, fiskal mengatur anggaran.

Keduanya bukan pesaing, melainkan mitra yang harus bersinergi.

Ekonomi bisa disebut kuat bila memenuhi beberapa syarat: inflasi rendah dan stabil, nilai tukar terjaga, defisit fiskal terkendali, pertumbuhan tinggi, dan kesejahteraan rakyat meningkat.

Dan semua itu hanya bisa dicapai bila mesin moneter dan fiskal bekerja dalam irama yang sama.

(*/red)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *