MEDIAPESAN – Setelah sukses digelar pada 2024, GEM Indonesia kembali menghadirkan Solartech Indonesia 2025, pameran dagang terbesar di ASEAN untuk energi surya fotovoltaik dan penyimpanan energi.
Digelar pada 23–25 April di JIExpo Kemayoran, Jakarta, ajang ini hadir di tengah lonjakan kebutuhan energi bersih di Tanah Air.
Lebih dari 1.000 perusahaan global meramaikan acara ini—dari raksasa seperti JA Solar, Jinko Solar, AE Solar, hingga pemain lokal seperti Atelier Solar Indonesia dan Utomodeck.
Solartech 2025 juga digelar bersamaan dengan tujuh sub-pameran seputar penyimpanan energi, kota cerdas, Internet of Things (IoT), pencahayaan pintar, hingga teknologi rumah pintar.
Didukung penuh oleh Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, BKPM, dan asosiasi seperti APTIKNAS dan AESI, acara ini mencerminkan upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi teknologi hijau di kawasan.
Lebih dari 35.000 pengunjung diperkirakan hadir. Ini adalah panggung utama untuk menjalin koneksi bisnis, bertukar ide, dan melihat langsung inovasi energi masa depan, ujar Baki Lee, Presiden Direktur GEM Indonesia.

Ketua Umum APTIKNAS, Ir. Soegiharto Santoso—yang akrab disapa Hoky—menyatakan dukungan penuh terhadap acara ini dan memaparkan inisiatif pelatihan AI bagi 100.000 UMKM di 20 kota sepanjang 2025–2026.
Talenta digital dan kepemimpinan digital adalah fondasi Smart Nation yang kami usung, jelasnya.
Lebih jauh, Hoky menyoroti pentingnya kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai pendorong pertumbuhan industri lokal.
TKDN bukan proteksi, tapi ajakan untuk membangun bersama. Ini membuka ruang investasi yang menciptakan lapangan kerja dan transfer teknologi, katanya.
Di lapangan, momentum energi surya Indonesia semakin nyata.
Kuota PLTS Atap tahun 2024 sebesar 901 MW hampir habis terserap, dan ditargetkan naik menjadi 1.004 MW pada 2025.
Sementara itu, 259 bendungan dinilai layak untuk proyek PLTS terapung dengan potensi daya hingga 14,7 GW.
Dengan pameran internasional seperti Solartech, dan tekad kuat dari pemerintah serta pelaku industri, masa depan energi Indonesia tampaknya bukan sekadar cerah—namun benar-benar ditenagai matahari.