Para Santri Medan Rentan Terpapar Radikalisme, Eks Napiter Ingatkan Bahaya Proxy War

Reporter Burung Hantu
Kegiatan implementasi nilai-nilai Pancasila guna mencegah penyebaran paham radikal dan intoleransi kepada para santri Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sabtu, 5 Juli 2025.

Medan, 7 Juli (MEDIAPESAN) – Para santri di pesantren dinilai menjadi kelompok paling rentan terpapar paham radikal dan intoleran.

Hal ini disampaikan Ustadz Rony Syamsuri Lubis, mantan narapidana terorisme, dalam paparannya kepada para santri Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sabtu, 5 Juli 2025.

Adik-adik kita ini masih dalam fase pencarian jati diri. Mereka polos, belum punya pegangan ideologi yang kokoh. Inilah yang membuat mereka menjadi sasaran empuk penyebaran paham radikal, ujar Rony di hadapan para santri dan pengasuh pondok.

- Iklan Google -
Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Didampingi perwakilan pesantren, Ustadz Rudiansyah, Rony berbagi pengalaman sebagai eks teroris yang kini aktif dalam pencegahan paham radikal.

Ia kini menjabat sebagai Ketua Ex-Ternal (Ex Terrorist Intern Alliance) untuk wilayah Sumatera Utara.

IMG 20250706 WA0884

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Dalam paparannya bertajuk “Mengimplementasikan Nilai-Nilai Pancasila Guna Mencegah Penyebaran Paham Radikal dan Intoleransi”, Rony menyebut bahwa radikalisme tidak tumbuh begitu saja, melainkan tumbuh subur di tengah ketimpangan sosial ekonomi, minimnya pendidikan kebangsaan, eksklusivisme beragama, hingga kekecewaan terhadap pemerintah.

Narasi keadilan sering kali dipakai untuk membenarkan tindakan anarkis. Ketika masyarakat merasa tidak adil, di situlah celah paham radikalisme masuk, ujarnya.

Rony menyinggung pengalaman pribadinya saat ditangkap aparat karena terlibat jaringan teror.

- Iklan Google -

Ia mengaku justru mulai tercerahkan setelah menyadari adanya upaya sistematis pihak asing untuk menggoyang stabilitas Indonesia melalui strategi proxy war.

Indonesia ini kaya raya. Banyak negara ingin menguasainya tanpa harus mengangkat senjata. Caranya, dengan menanamkan ideologi yang memecah belah, seperti terorisme dan intoleransi, katanya.

Rony menegaskan bahwa Pancasila adalah senjata paling ampuh dalam membendung arus radikalisme.

Baca Juga:  Antisipasi Lonjakan Penumpang di Pelabuhan Makassar Menjelang Lebaran 2024

Ia mengurai lima sila sebagai fondasi hidup berbangsa: mulai dari spiritualitas dan toleransi di sila pertama, norma kesantunan di sila kedua, nasionalisme inklusif di sila ketiga, demokrasi dan musyawarah di sila keempat, hingga pemerataan kesejahteraan di sila kelima.

Ia juga menyerukan kepada para pemuda di Medan agar menjadi garda terdepan dalam melawan ideologi yang merusak itu.

Generasi muda harus mengambil peran. Jangan biarkan ruang kosong diisi oleh ideologi yang menyesatkan, pungkasnya.

(rz)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *