Makassar | Mediapesan – Di tengah kontroversi pengelolaan pasar dan makin terdesaknya posisi pedagang kecil, puluhan pedagang dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan mengambil langkah berani.
Mereka berkumpul di Aula Gedung Pemuda Olahraga (GOR) Sudiang, Makassar, Jumat, 12 September 2025, untuk mendeklarasikan berdirinya Koperasi Asosiasi Pedagang Pasar (APP) Sulsel.
Deklarasi itu dipandu oleh tiga inisiator: Jupri, Sahrul, dan Hasyim.
Alih-alih sekadar seremoni, forum ini menjadi ruang terbuka bagi pedagang untuk mengeluarkan unek-unek.
Mereka membicarakan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU), strategi usaha, hingga bagaimana menghadapi penetrasi pasar modern yang kerap menyingkirkan pedagang tradisional.
Puncaknya, forum menetapkan pengurus koperasi.
Dengan aklamasi, Rahmadi, S.E dipilih sebagai Ketua, Andi Ilham Jaya, S.T sebagai Sekretaris, dan Nanna Asnawiah Salim, S.E sebagai Bendahara.
Mereka akan memimpin selama tiga tahun ke depan.

Jupri, salah satu penggagas, menyebut kelahiran koperasi ini sebagai jawaban atas keresahan panjang.
- Iklan Google -
Selama ini pedagang hanya jadi objek kebijakan. Kami ingin berdiri di atas kaki sendiri, ujarnya.
Ia menambahkan, sudah ada pedagang dari luar Makassar yang menyatakan minat untuk bergabung.
Sekretaris terpilih, Andi Ilham Jaya, menegaskan koperasi tidak boleh berhenti pada formalitas.
Koperasi APP Sulsel adalah rumah bersama. Kami ingin memastikan semua keputusan berpihak pada pedagang, dengan tata kelola yang transparan dan profesional, katanya.
Sementara Rahmadi, Ketua baru, menyebut amanah ini sebagai tanggung jawab besar.
Kami ingin koperasi menjadi benteng ekonomi rakyat. Harapannya, APP Sulsel mampu memperkuat pedagang pasar di tengah persaingan yang kian keras, ujar dia.
Tema yang diusung, “Dengan Semangat Kebersamaan, Kita Wujudkan Koperasi APP Sulsel Sebagai Wadah Kesejahteraan Pedagang Pasar” menjadi penegas, bahwa koperasi ini dimaksudkan lebih dari sekadar wadah administratif.
Kelahiran APP Sulsel memperlihatkan pedagang pasar enggan pasrah.
Mereka memilih bersatu, membangun sistem ekonomi alternatif, dan menempatkan diri sebagai subjek pembangunan.
Pertanyaannya kini: mampukah koperasi ini bertahan menghadapi tantangan nyata di lapangan, atau akan ikut terjebak pada pola lama organisasi yang kehilangan arah?