Mediapesan | Jepara – Upaya menyeimbangkan pariwisata dan keberlanjutan lingkungan di Kepulauan Karimunjawa kini mendapat dorongan baru.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), sebagai Subholding Gas Pertamina, meluncurkan teknologi Fast Pyrolysis (Faspol) di Pusat Daur Ulang (PDU) Karimunjawa, Jumat lalu (17/10/2025).
Teknologi ini diklaim mampu mengonversi sampah plastik bernilai rendah menjadi bahan bakar setara solar, yang disebut petasol.
Langkah ini menjadi bagian dari program tanggung jawab sosial PGN Share yang menyoroti isu krusial pengelolaan sampah di destinasi wisata bahari unggulan tersebut.
Dengan jumlah penduduk sekitar 10 ribu jiwa dan kunjungan wisatawan mencapai 82 ribu orang pada 2024, Karimunjawa menghasilkan timbunan sampah antara 1,5 hingga 2 ton per hari.
Dari jumlah itu, sekitar 46 persen merupakan sampah anorganik, terutama plastik—ancaman nyata bagi lingkungan dan keberlanjutan ekosistem lautnya.
Solusi Energi dari Sampah
Keberadaan mesin Faspol ini diharapkan menjadi solusi efektif untuk mengurangi volume sampah, menekan dampak lingkungan, sekaligus menghasilkan produk bernilai ekonomis yang bisa dimanfaatkan masyarakat, ujar Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan, Kemasyarakatan, dan SDM, Sridana Paminto.
Faspol beroperasi dengan kapasitas 50 kilogram per siklus dan merupakan hasil kolaborasi riset antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Bank Sampah Banjarnegara.
Berdasarkan uji coba, petasol terbukti mampu menggantikan fungsi solar pada tiga alat operasional: mesin Dongfeng di PDU Karimunjawa, excavator di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan perahu nelayan.
- Iklan Google -
Dari hasil uji, semua alat bisa beroperasi optimal dengan petasol. Kami berharap bahan bakar ini menjadi solusi energi terjangkau bagi nelayan, terutama ketika pasokan BBM terganggu saat musim baratan, jelas Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman.
Energi Sirkular dan Pariwisata Berkelanjutan
Lebih dari sekadar inovasi teknologi, PGN menempatkan Faspol sebagai bagian dari strategi green tourism Karimunjawa.
Dengan memanfaatkan sampah plastik menjadi energi alternatif, program ini diharapkan membentuk ekosistem ekonomi sirkular yang melibatkan masyarakat setempat.
Melalui teknologi Faspol, kami ingin memastikan bahwa pertumbuhan pariwisata di Karimunjawa tetap berjalan seiring dengan keberlanjutan lingkungan. Ini bukan hanya solusi energi, tetapi juga bagian dari ekosistem green tourism yang melibatkan masyarakat secara langsung, pungkas Fajriyah.
Program ini menjadi salah satu contoh bagaimana teknologi energi bersih dapat hadir sebagai solusi konkret di kawasan wisata terpencil—mendekatkan agenda keberlanjutan dengan realitas lokal yang selama ini kerap diabaikan.




