Rakor Pengelolaan UNESCO Global Geopark Indonesia: Menjaga Standar Dunia, Menguatkan Akar Lokal

Reporter Burung Hantu
Direktur SUPD III Kemendagri TB. Chaerul Dwi Sapta membuka Rakor Pengelolaan UNESCO Global Geopark Indonesia di Orchardz Hotel Jayakarta, 21 Oktober 2025.

Mediapesan | Jakarta – Status UNESCO Global Geopark (UGGp) bukan sekadar pengakuan internasional.

Bagi Indonesia, label prestisius itu adalah tanggung jawab besar untuk menjaga warisan geologi, budaya, dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Hal ini ditegaskan oleh Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah III Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, TB. Chaerul Dwi Sapta, dalam pembukaan Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Pengelolaan UNESCO Global Geopark Indonesia di Orchardz Hotel Jayakarta, Selasa (21/10/2025).

- Iklan Google -
Mediapesan.com terdaftar di LPSE dan E-Katalog Klik gambar untuk melihat Katalog kami.

Pengakuan UNESCO harus diikuti dengan pengelolaan yang profesional, terpadu, dan berkelanjutan, ujar Chaerul.

Ia menjelaskan, pengelolaan geopark menghadapi tantangan kompleks, mulai dari keterbatasan anggaran, peningkatan kapasitas SDM, hingga kewajiban revalidasi UNESCO setiap empat tahun sekali.

Konsistensi tata kelola menjadi kunci agar kawasan tidak turun status dari “kartu hijau” menjadi “kartu kuning”, bahkan kehilangan status geopark global.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Rakor ini menargetkan tiga keluaran utama:

1. Arah kebijakan pengelolaan UGGp yang lebih terpadu.

2. Penguatan kolaborasi lintas kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.

- Iklan Google -

3. Rekomendasi strategis untuk memperkuat keberlanjutan geopark di Indonesia.

Forum ini harus menjadi ruang dialog terbuka dan solusi bersama demi menjaga standar internasional dan kesejahteraan masyarakat di kawasan geopark, tegasnya.

Sebanyak 12 daerah pemilik UNESCO Global Geopark di Indonesia hadir dalam pertemuan ini, yakni: Batur, Gunung Sewu, Ciletuh–Pelabuhan Ratu, Rinjani–Lombok, Kaldera Toba, Belitong, Ijen, Maros–Pangkep, Merangin, Raja Ampat, Kebumen, dan Meratus.

Forum ini juga menjadi ajang sinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat, daerah, komunitas, akademisi, hingga pengelola lapangan untuk memperkuat sinergi dan pembelajaran bersama.

Baca Juga:  Peralihan ke Euro: Biang Kerok Masalah Ekonomi Jerman?

IMG 20251022 WA0374

Rakor ditutup dengan seruan untuk menjadikan Indonesia sebagai contoh dunia dalam pengelolaan geopark yang tidak hanya menjaga lanskap geologi, tetapi juga mengangkat budaya lokal dan memperkuat ekonomi masyarakat.

Penetapan suatu kawasan sebagai UNESCO Global Geopark tidak hanya membuka akses pengakuan internasional, tetapi juga membuka jalan bagi pemberdayaan ekonomi lokal, pelestarian budaya, dan peningkatan literasi lingkungan.

Dengan demikian, geopark menjadi salah satu instrumen nyata menuju pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

(*/red)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *