Stasi Mandai Maros Ukir Prestasi di Pesparani Sulsel I: Juara Mazmur Anak dari Kontingen Terkecil

Reporter Burung Hantu
Pendamping Stasi Bunda Maria Mandai Kabupaten Maros, Yanti bersama Frenelisya Gisela Payangan yang sukses meraih predikat Juara I (Gold Champion), Juni 2025.

Makassar, 29 Juni 2025 (MEDIAPESAN) – Tangis haru dan sukacita mewarnai penutupan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang digelar di Gereja Katolik Paroki St. Fransiskus Assisi, Keuskupan Agung Makassar.

Di tengah gegap gempita acara penutupan, sebuah kisah istimewa hadir dari Stasi Bunda Maria Mandai, Kabupaten Maros.

Datang sebagai kontingen terkecil — hanya terdiri dari 11 peserta dan 3 ofisial — Stasi Mandai berhasil mencuri perhatian dengan meraih juara pertama (Champion) dalam kategori Mazmur Anak.

- Iklan Google -

Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa semangat, dedikasi, dan pembinaan yang konsisten dapat mengalahkan segala keterbatasan.

Pesparani Sulsel I yang mengangkat tema “Hope in Togetherness” menjadi momentum perjumpaan umat Katolik se-Sulawesi Selatan dalam semangat persaudaraan, penguatan iman, dan apresiasi terhadap seni liturgi.

Dalam ajang perdana ini, kontingen dari Maros hanya mengikuti satu kategori lomba, namun tampil memukau dan berhasil mengungguli peserta dari daerah lain yang memiliki jumlah peserta dan sumber daya lebih besar.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Puji syukur kepada Tuhan. Meski dengan segala keterbatasan, kami bisa mempersembahkan prestasi terbaik untuk Maros, ujar Yanti, pendamping kontingen Stasi Mandai.

Ia menyebutkan bahwa para peserta hanya memiliki waktu latihan efektif selama dua minggu, lantaran sebagian besar anak sempat mudik saat libur sekolah.

Tapi anak-anak kami tetap semangat, dan itulah yang membuat mereka mampu tampil luar biasa.

- Iklan Google -

Raih Dua Penghargaan Sekaligus

Dalam kompetisi yang sarat nilai spiritual ini, Frenelisya Gisela Payangan sukses meraih predikat Juara I (Gold Champion), sementara Eufrasia Agnimaya Masiku menempati peringkat ke-5 dalam kategori yang sama, Mazmur Anak 1.

Baca Juga:  Musrenbang 2024 Kelurahan Paropo: Masih Banyak Zonanya Rawan Banjir

Kedua prestasi ini menempatkan Maros sebagai daerah dengan pencapaian signifikan meski hanya mengirim satu tim kecil.

IMG 20250629 WA1052

Ketua LP3KD Maros, Benyamin Boy, menyampaikan rasa bangga dan syukurnya atas keberhasilan kontingen.

Ini bukan semata soal kompetisi, ujarnya. Tapi tentang proses pembinaan, semangat yang tak kenal lelah, dan keyakinan yang kuat bahwa setiap anak punya potensi besar untuk tumbuh menjadi pelayan gereja yang andal.

Ketua LP3KD Maros, Benyamin Boy, bersama Frenelisya Gisela Payangan Kontingen Stasi Bunda Mandai Kabupaten Maros meraih predikat Juara I (Gold Champion),
Ketua LP3KD Maros, Benyamin Boy, bersama Frenelisya Gisela Payangan Kontingen Stasi Bunda Mandai Kabupaten Maros meraih predikat Juara I (Gold Champion).

Ia menambahkan bahwa prestasi ini harus menjadi titik tolak untuk membangun gerakan pembinaan rohani dan seni liturgi yang lebih luas di Maros.

Kami berkomitmen menumbuhkan talenta dan iman anak-anak sejak dini. Dari sinilah lahir generasi Katolik yang kuat, tangguh, dan berdampak, imbuhnya.

Apresiasi dari Berbagai Pihak

Keberhasilan kontingen Mandai tidak terlepas dari dukungan dan perhatian sejumlah pihak.

Yanti mengapresiasi kehadiran Pemerintah Kabupaten Maros, Kementerian Agama Sulsel, dan Kemenag Maros yang hadir langsung dalam kegiatan ini.

Kehadiran Bapak Bupati dan Wakil Bupati menjadi penyemangat tersendiri bagi anak-anak. Kami merasa tidak sendiri, dan itu membuat kami semakin percaya diri, tuturnya.

Mazmur sebagai Jalan Pelayanan

Lebih dari sekadar lomba, Pesparani menjadi wadah pembinaan karakter dan pelayanan.

IMG 20250629 WA1065

Kontingen Mandai menunjukkan bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk mengukir prestasi, melainkan menjadi motivasi untuk memberi yang terbaik.

Kami ingin anak-anak belajar melayani Tuhan sejak dini. Melalui mazmur dan puji-pujian, mereka bukan hanya tampil di panggung, tapi juga tumbuh dalam iman dan karakter, pungkas Benyamin.

Prestasi ini menjadi teladan semangat pelayanan bagi umat Katolik di Sulawesi Selatan, sekaligus membuka lembaran baru bagi Maros dalam perjalanan seni liturgi dan pembinaan generasi muda Katolik ke depan.

Baca Juga:  Kapolres Bulukumba Ikut Panen Jagung Nasional

(pl)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *