Ketika Rokok “BOMB” Hanya Rp1,50 per Bungkus: Jejak Gaya Hidup 1950-an di Djakarta

Reporter Burung Hantu
Iklan lawas tahun 1950-an ini menampilkan rokok merek BOMB, dijual seharga Rp1,50 per bungkus isi 20 batang. Dipasarkan oleh NV Soen Kie Trading Company di Djakarta, iklan ini mencerminkan gaya hidup dan strategi promosi masa awal Republik. (IndonesiaMasaLampau/HO/Mediapesan)

Mediapesan | Jakarta – Pada dekade 1950-an, di tengah semangat nasionalisme dan geliat ekonomi pasca-kemerdekaan, gaya hidup masyarakat Indonesia mulai dibentuk oleh iklan-iklan cetak yang penuh persuasi.

Salah satunya adalah iklan rokok merek BOMB Cigarettes, yang kala itu dijual dengan harga Rp1,50 per bungkus berisi 20 batang.

“Berhematlah! Uang Rupiah sangat berharga,” demikian bunyi slogan di bagian atas iklan yang dipublikasikan oleh NV Soen Kie Trading Company, sebuah perusahaan dagang yang beralamat di Djalan Kopi 328, Djakarta.

- Iklan Google -
Mediapesan.com terdaftar di LPSE dan E-Katalog Klik gambar untuk melihat Katalog kami.

Pesan hemat itu disandingkan dengan ajakan untuk membeli rokoksebuah paradoks khas masa itu, ketika konsumsi tembakau dianggap bagian dari gaya hidup modern dan berkelas.

Dalam ilustrasi iklan tersebut, tampak seorang pria berjas rapi dengan peci hitam, memegang sebatang rokok di tangan kanan.

Wajahnya tenang, penuh percaya diri—simbol maskulinitas dan status sosial yang sering digunakan dalam strategi pemasaran rokok masa awal Republik.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Di sisi kanan gambar, terpampang bungkus rokok bertuliskan besar “BOMB”, lengkap dengan ilustrasi api yang meledak, seolah menegaskan sensasi “kuat dan berani” bagi penghisapnya.

Harga Rp1,50 untuk satu bungkus rokok dengan isi 20 batang pada masa itu tentu sangat terjangkau.

Mengingat, pada awal 1950-an, biaya hidup harian di kota-kota besar seperti Jakarta relatif masih terjangkau dibandingkan masa kini.

- Iklan Google -

Rokok menjadi barang konsumsi umum, bahkan simbol kemerdekaan ekonomi bagi sebagian orang.

Lebih dari sekadar produk, iklan “BOMB Cigarettes” merekam narasi sosial tentang bagaimana konsumerisme dan identitas nasional mulai bertaut di ruang publik Indonesia.

Baca Juga:  126 Ribu Ton Input Ternak Sempat Tertahan: Masalah Birokrasi atau Kelalaian?

Bahasa iklan yang menggunakan ejaan lama seperti “Djakarta” dan “Sigaret” juga menjadi penanda masa transisi budaya, antara kolonialisme yang baru saja berlalu dan modernitas yang sedang diupayakan.

Kini, iklan seperti ini menjadi artefak langka—sebuah jendela kecil yang memperlihatkan cara masyarakat Indonesia di masa lampau memahami nilai uang, gaya hidup, dan citra diri.

“BOMB Cigarettes” mungkin sudah lama lenyap dari pasaran, tetapi jejaknya masih tersisa dalam arsip dan ingatan kolektif tentang masa ketika Rp1,50 masih bisa membeli gaya hidup yang ‘berkelas’.

(IndonesiaMasaLampau/Red)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *