5 Oktober (mediapesan) – Dalam sebuah laporan terbaru, analis Goldman Sachs memperingatkan bahwa harga minyak global bisa mengalami lonjakan signifikan jika terjadi gangguan besar pada pasokan minyak Iran.
Prediksi ini muncul setelah meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah, dengan potensi pemotongan produksi hingga 2 juta barel per hari dalam waktu enam bulan ke depan.
Jika OPEC, organisasi yang mewakili negara-negara penghasil minyak utama, tidak segera bertindak untuk menutupi kekurangan pasokan ini, harga minyak diperkirakan akan melonjak ke angka $90 per barel dalam waktu dekat.
Bahkan, pada tahun 2025, harga minyak bisa naik lebih tinggi dari $90 per barel jika situasi tidak stabil terus berlanjut.
Ketegangan politik dan militer juga berperan besar dalam prediksi ini.
Rezim Zionis Israel baru-baru ini mengklaim akan membalas serangan rudal dari Iran sebagai respons atas serangan pada hari Selasa lalu (1/10/2024).
Sebagai tanggapan, Iran memperingatkan akan melakukan aksi balasan yang lebih keras jika ada tindakan agresi lebih lanjut.
Goldman Sachs menegaskan bahwa gangguan produksi minyak Iran bisa menyebabkan harga naik antara $10 hingga $20 per barel.
Ketidakstabilan geopolitik seperti ini berpotensi mengguncang pasar energi global dan membawa dampak ekonomi yang signifikan, baik bagi produsen maupun konsumen minyak.
Para pengamat kini menantikan bagaimana respons OPEC terhadap krisis ini, mengingat perannya yang sangat penting dalam menjaga stabilitas harga minyak dunia.
Apakah OPEC mampu mengisi kekosongan pasokan atau tidak, akan menjadi faktor penentu lonjakan harga minyak dalam beberapa tahun ke depan. ***