MEDIAPESAN, Tel Aviv, 22 Juni 2025 -Pemerintah Israel menutup seluruh wilayah udaranya untuk lalu lintas sipil pada Minggu pagi, beberapa jam setelah serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat menghantam sejumlah target strategis di Iran.
Meski demikian, otoritas bandara Israel menyatakan bahwa jalur darat menuju Mesir dan Yordania tetap dibuka.
Langkah penutupan ini diumumkan oleh Airports Authority Israel sebagai tindakan “pencegahan keamanan,” di tengah meningkatnya kekhawatiran akan potensi serangan balasan dari Iran atau sekutunya di kawasan.
Meski belum ada pernyataan resmi dari militer Israel, tindakan ini diyakini berkaitan langsung dengan meningkatnya ketegangan pascaserangan Washington terhadap fasilitas militer Iran di Isfahan dan Tabriz.
Wilayah udara Israel akan tetap ditutup sampai ada pemberitahuan lebih lanjut, bunyi pernyataan singkat dari Otoritas Bandara Israel, tanpa merinci durasi atau kondisi untuk pencabutan kebijakan tersebut.
Keputusan ini menandai eskalasi baru dalam hubungan yang kian memburuk antara blok sekutu Barat dan Iran.
Washington mengatakan serangan itu sebagai “respon terbatas namun terukur” terhadap dugaan upaya sabotase Iran terhadap infrastruktur energi di kawasan Teluk beberapa hari sebelumnya.
Di sisi lain, pemerintah Iran mengecam serangan tersebut sebagai “agresi terang-terangan terhadap kedaulatan nasional” dan berjanji akan membalas “pada waktu dan tempat yang dipilih Teheran.”
Belum ada pernyataan langsung yang ditujukan kepada Israel, namun para analis menyebut Negeri Yahudi tetap menjadi target simbolis dan strategis dalam konflik ini.
Meskipun wilayah udara ditutup, aktivitas di perbatasan darat dengan Mesir dan Yordania—dua negara tetangga yang memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel—tetap berjalan normal.
Para pengamat menilai, keputusan untuk tetap membuka jalur darat mencerminkan upaya untuk mempertahankan jalur diplomasi terbuka di tengah ketegangan yang meningkat.
Penutupan wilayah udara Israel memicu penundaan dan pembatalan penerbangan internasional menuju Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, serta membuat maskapai-maskapai besar meninjau ulang rute mereka di atas wilayah Timur Tengah.
Langkah ini menjadi pengingat baru atas rapuhnya stabilitas kawasan, di tengah krisis yang terus berkembang antara kekuatan regional dan internasional.
Di saat banyak pihak menyerukan de-eskalasi, dunia tampaknya kembali menyaksikan bayangan konflik besar yang dapat menyebar melampaui batas negara.