Teheran, (mediapesan) – Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa Iran akan menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di kawasan jika Washington kembali melakukan serangan terhadap wilayah Iran, (01/07/2025).
Republik Islam memiliki akses ke pusat-pusat utama AS di kawasan dan dapat mengambil tindakan kapan pun dianggap perlu, ujar Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi nasional.
Jika terjadi agresi, musuh pasti akan membayar harga yang mahal.
Pernyataan tersebut merupakan komentar publik pertamanya sejak gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat mulai berlaku pada 24 Juni, mengakhiri konflik selama 12 hari antara Iran dan Israel.
Khamenei menuduh Washington terlibat dalam perang untuk mencegah kehancuran total Israel.
Siapa pun yang mendukung Israel, bahkan tanpa kehadiran langsung di medan perang, akan menghadapi konsekuensi dari tanggapan kami, tegasnya.
Ia juga mengatakan bahwa serangan Amerika terhadap situs nuklir Iran sejauh ini belum memberikan hasil berarti.
Presiden AS Donald Trump berusaha menyembunyikan kebenaran ini, tambahnya.
Khamenei menyebut bahwa Iran telah melancarkan serangan terhadap Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar—salah satu pangkalan utama AS di Timur Tengah—dan menyebutnya sebagai “tamparan keras” kepada Washington.
Ia mengatakan serangan itu bukan hanya peringatan, tetapi juga “awal dari sebuah era.”
- Iklan Google -
Menurutnya, Israel telah mengalami kekalahan moral dalam menghadapi perlawanan yang “belum pernah dikalahkan sebelumnya.”
Iran tidak akan ragu menentang ketidakadilan dan agresi, berapa pun besar aliansi yang dihadapi, tegasnya.
Israel sebelumnya melancarkan serangan udara selama hampir dua pekan hingga 13 Juni terhadap sejumlah lokasi militer, nuklir, dan sipil di Iran, menewaskan sedikitnya 606 orang dan melukai lebih dari 5.300 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Iran.
Sebagai balasan, Teheran menembakkan rudal dan mengirim drone ke wilayah Israel, menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400, menurut data dari Universitas Ibrani Yerusalem.
Gencatan senjata yang ‘dimediasi’ Amerika Serikat diberlakukan pada 24 Juni, menghentikan salah satu eskalasi paling serius antara kedua musuh bebuyutan dalam beberapa tahun terakhir.