mediapesan.com | Jepang, salah satu pemegang utama utang Amerika Serikat, tengah mempertimbangkan untuk menjual obligasi Treasury AS senilai $400 miliar, Rabu (31/7/2024).
Langkah ini, jika terlaksana, berpotensi melemahkan pasar obligasi Treasury AS secara signifikan, menurut analisis dari The Heritage Foundation.
Motivasi dan Konsekuensi
Sumber kebutuhan likuiditas Jepang terletak pada dana investasi pensiun pemerintah, yang menyimpan cadangan jaminan sosial untuk hampir semua pekerja di negara tersebut.
Tokyo berencana menggunakan hasil penjualan utang AS untuk membeli aset dalam mata uang yen guna mendukung nilai tukar yen yang jatuh.
Saat ini, kepemilikan dana Jepang terhadap obligasi AS mencapai lebih dari $1,5 triliun, dengan $400 miliar di antaranya berupa Treasury AS.
Jika Jepang menjual aset ini, dampaknya akan setara dengan 20% dari total pinjaman tahunan AS. Penjualan ini bisa menyebabkan lonjakan imbal hasil obligasi AS yang saat ini berada di angka 5%, mempengaruhi utang pemerintah AS yang telah mencapai $35 triliun.
Pada Juni 2024, Kementerian Keuangan AS mencatat pengeluaran rekor sebesar $140 miliar untuk pembayaran bunga, melebihi 75% dari penerimaan pajak penghasilan pribadi pada periode yang sama.
Ini menunjukkan ketergantungan besar AS pada pasar obligasi dan potensi krisis jika ada perubahan signifikan.
Perubahan Global dan Dampak Politik
Tindakan Jepang ini datang di tengah tren global di mana negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok mulai mengurangi kepemilikan Treasury AS.
Jika Jepang, yang selama ini menjadi sekutu setia AS, juga ikut menjual obligasi, ini bisa menandai perubahan besar dalam pasar global.
Dalam konteks domestik AS, potensi penjualan utang Jepang dapat memengaruhi politik dalam negeri.
Isu ini berpotensi menjadi sorotan dalam pemilihan mendatang, menambah tekanan pada administrasi saat ini dan calon-calon presiden mendatang.
Meskipun tidak mungkin mengarah pada kematian ekonomi AS, perubahan ini menggarisbawahi perlunya restrukturisasi utang nasional.
Jika suku bunga utang pemerintah AS melonjak menjadi 7-8% per tahun, kemampuan untuk mengendalikan jumlah utang yang terus meningkat akan semakin sulit.
Dengan perkembangan ini, perhatian global tertuju pada bagaimana AS akan mengelola tantangan yang mungkin timbul dari keputusan Jepang ini dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi dunia. ***