Jakarta (mediapesan) – Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menyatakan komitmennya untuk mendorong hilirisasi rumput laut di Indonesia.
Tujuannya, agar rumput laut yang melimpah di Tanah Air dapat diolah menjadi bio-avtur, bahan bakar ramah lingkungan bagi pesawat.
Rosan menyoroti bahwa Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar kedua di dunia dan menjadi yang terdepan dalam produksi rumput laut tropis.
Produksi rumput laut kita tersebar luas, mulai dari Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga wilayah Indonesia Timur, ungkap Rosan.
Dengan hilirisasi ini, diharapkan potensi besar rumput laut dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian sekaligus berkontribusi pada energi hijau.
Dari Laut ke Udara: Transformasi Rumput Laut menjadi Bio-Avtur
Proses mengolah rumput laut menjadi bio-avtur, bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan, melibatkan beberapa tahap penting, dari ekstraksi hingga konversi menjadi bahan bakar siap pakai.
Berikut ini langkah-langkah umum dalam proses tersebut:
1. Pemanenan dan Pengeringan
Rumput laut dipanen dari area penanaman, lalu dikeringkan untuk mengurangi kadar air.
Pengeringan ini biasanya dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau alat pengering khusus agar kualitas rumput laut terjaga.
2. Ekstraksi dan Pemecahan Selulosa
Rumput laut yang telah kering kemudian diproses untuk mengekstraksi komponen organik yang dibutuhkan.
Proses ini melibatkan pemecahan selulosa menjadi gula sederhana melalui hidrolisis, yaitu reaksi kimia yang memanfaatkan enzim atau asam sebagai katalis.
3. Fermentasi
Gula hasil hidrolisis difermentasi menggunakan mikroorganisme, biasanya jenis bakteri atau ragi khusus, untuk menghasilkan bio-etanol.
Proses ini serupa dengan fermentasi dalam pembuatan alkohol, namun diarahkan untuk menghasilkan bahan bakar.
4. Pemurnian Bio-etanol
Bio-etanol yang terbentuk selanjutnya dimurnikan untuk meningkatkan kemurnian bahan bakar.
Proses ini penting untuk memastikan kualitas etanol yang nantinya akan dikonversi menjadi bio-avtur.
5. Konversi Bio-etanol menjadi Bio-avtur
Etanol yang sudah murni akan melalui proses kimia, seperti katalisis hidrogenasi atau proses Fischer-Tropsch, untuk mengubahnya menjadi bio-avtur.
Proses ini membutuhkan teknologi canggih yang menggabungkan panas, tekanan, dan katalis untuk menghasilkan rantai karbon yang sesuai dengan kebutuhan bahan bakar avtur.
6. Pemurnian dan Pengujian
Bio-avtur yang dihasilkan harus melalui tahap pemurnian terakhir dan diuji untuk memastikan memenuhi standar keamanan dan performa penerbangan.
Hasil akhir adalah bahan bakar bio-avtur yang siap digunakan dan lebih ramah lingkungan daripada avtur fosil.
Proses ini menjanjikan karena bio-avtur dari rumput laut lebih berkelanjutan dan dapat membantu mengurangi emisi karbon dalam industri penerbangan, sekaligus memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. ***