Capaian dan Proyeksi Wisata Halal di Indonesia

Reporter Burung Hantu
Ilustrasi capaian dan proyeksi wisata halal di Indonesia

Oleh: Muhammad Nusran (Dosen/Peneliti Teknik Industri UMI Makassar-Ketua I MES Sulsel)

 

Pada tahun 2025, estimasi jumlah wisatawan mancanegara (wisman) Muslim yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1.550.000 wisman, meningkat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.

- Iklan Google -

Prosentase ini mencerminkan sekitar 22% dari total wisman yang datang ke Indonesia, menunjukkan bahwa potensi pasar wisatawan Muslim terus berkembang, tidak hanya dari wilayah Timur Tengah, tetapi juga dari negara-negara Asia Tenggara dan Eropa.

Dari segi aksesibilitas, terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah kursi penerbangan dari dan ke Timur Tengah.

Data menunjukkan penambahan sekitar 85.000 kursi melalui pembukaan rute baru dan peningkatan frekuensi penerbangan.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Misalnya, Saudi Arabian Airlines menambah frekuensi penerbangan Riyad-Jakarta menjadi 6 kali seminggu, sementara Qatar Airways meningkatkan frekuensi Doha-Jakarta menjadi 18 kali seminggu.

Selain itu, maskapai seperti Oman Air dan Jordan Aviation tetap mempertahankan rute Muscat-Jakarta dan Amman-Jakarta masing-masing dengan 4 dan 3 penerbangan per minggu.

Saat ini, terdapat 3 maskapai nasional dan 12 maskapai asing yang melayani rute antara Timur Tengah dan Indonesia, menghubungkan kota-kota seperti Jeddah, Dubai, Abu Dhabi, Kuwait, Doha, Muscat, Amman, Riyadh, Ras Al Khaimah, dan Sanaa dengan Jakarta dan Bali.

- Iklan Google -

Dengan peningkatan ini, potensi wisatawan dari Timur Tengah sangat menjanjikan, dan persiapan yang matang untuk mengakomodasi wisata halal menjadi semakin penting.

Diproyeksikan pada tahun 2026, dengan infrastruktur dan fasilitas yang semakin baik, belanja wisatawan Muslim akan terus meningkat.

Persiapan tersebut mencakup peningkatan kualitas jalan, penyediaan akomodasi yang sesuai, serta fasilitas ibadah seperti masjid/mushola, tempat wudhu, makanan halal, dan pelayanan yang ramah serta Islami.

Baca Juga:  Anggaran LPSK Dipangkas 62 Persen, Pegawai Desak Moratorium Perlindungan Saksi!

Lebih dari sekadar aspek bisnis dan manajemen, wisata halal harus berorientasi pada nilai-nilai Islami.

Kegiatan dan acara yang diselenggarakan hendaknya menghindari unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti musik yang berpotensi melalaikan dari mengingat Allah, serta kegiatan yang mengumbar aurat seperti yang masih ditemukan di beberapa destinasi wisata di Bali, Lombok, dan kota-kota lain di Indonesia.

Niat baik dari wisata halal harus benar-benar mendekatkan wisatawan pada Allah SWT.

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *