Oleh: Syamril
Ramadhan telah memasuki hari ke-17, dan jujur, saya mulai merasakan lelah dalam beribadah.
Rutinitas harian terasa semakin padat; makan malam selepas magrib, lalu segera bersiap untuk shalat isya dan tarawih di masjid.
Jika ada jadwal ceramah, terkadang makan malam harus dikurangi atau bahkan dilewatkan. Pulang ke rumah pun sudah larut malam.
Namun, di tengah rasa lelah ini, saya bertanya: bagaimana agar tetap semangat menjalani ibadah hingga akhir Ramadhan?
Dari diskusi dengan Pak Syamsul, Wakil Direktur Sekolah Islam Athirah Bone, saya menemukan tiga kunci utama yang bisa disingkat S3: Sadar, Syukur, dan Sabar.
Layaknya jenjang pendidikan hingga tingkat doktoral (S3), konsep ini dapat membantu kita mencapai level tertinggi dalam beribadah.
1. Sadar: Menyadari Makna di Balik Kelelahan
Kesadaran adalah kunci pertama. Sadari bahwa setiap lelah yang kita rasakan dalam ibadah akan dibalas dengan pahala, ampunan, dan surga.
Seperti seorang siswa SMA yang rela begadang belajar demi lolos ke perguruan tinggi impian, kita pun harus memahami bahwa perjuangan Ramadhan bukan sekadar rutinitas, tetapi investasi untuk kebahagiaan abadi di akhirat.
Selain itu, sadarilah bahwa Ramadhan adalah proses transformasi diri. Ibarat tanah liat yang harus melalui proses panjang—dibentuk, dibanting, dibakar, diamplas, dan dicat—sebelum menjadi guci yang indah, begitu pula manusia.
Ibadah yang kita lakukan adalah proses untuk membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bertakwa, dan lebih mulia di dunia serta akhirat.
2. Syukur: Menyikapi Lelah dengan Rasa Beruntung
Orang yang bersyukur akan selalu melihat segala sesuatu dari sisi positif.
Jika terjatuh dan luka, ia berkata, “Untung hanya luka, tidak sampai patah tulang.”
Demikian pula dalam ibadah. Bersyukur karena masih diberi kesempatan menjalani Ramadhan tahun ini, karena tidak semua orang mendapat anugerah itu.
Bayangkan jika orang yang telah wafat diberi kesempatan hidup lagi hanya sehari di bulan Ramadhan.
Mereka pasti akan menggunakannya untuk beribadah sebaik mungkin.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Jika mereka tahu besarnya pahala Ramadhan, mereka pasti ingin kembali walau hanya sehari.”
Maka, jangan sia-siakan kesempatan ini—syukuri dengan menjalankan ibadah semaksimal mungkin.
3. Sabar: Menjalani Ibadah dengan Tekad Kuat
Dengan kesadaran dan rasa syukur, akan tumbuh kesabaran dalam menghadapi tantangan ibadah di bulan Ramadhan.
Seperti kata Aa Gym, sabar berarti “Hadapi, hayati, dan nikmati.”
Hadapi tantangan dengan tekad kuat, hayati setiap ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Allah, dan nikmati kelelahan ini sebagai bukti cinta kepada-Nya.
Ramadhan bukan sekadar awal yang baik, tetapi tentang bagaimana kita menyelesaikannya dengan baik.
Jangan gugur di tengah jalan! Di 10 malam terakhir, Allah telah menjanjikan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari 1.000 bulan.
Jangan sia-siakan kesempatan emas ini hanya karena rasa lelah.
Agar tetap kuat, jaga kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup, istirahat yang seimbang, dan olahraga ringan.
Yang tak kalah penting, jangan lupa berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan lahir dan batin dalam meraih Lailatul Qadar, pahala, ampunan, rahmat, dan ridha-Nya.
Selamat berjuang! Tetap semangat hingga akhir Ramadhan. Ewako!
Makassar, 17 Ramadhan 1446 H