Kuli Tionghoa di Kalimantan Tahun 1890: Lembaran Buruh yang Menoreh Sejarah

Reporter Burung Hantu
Potret para kuli Tionghoa di Kalimantan sekitar tahun 1890 — saksi bisu perjalanan buruh perantau yang membangun fondasi ekonomi di tengah kerasnya sistem kolonial. (Sumber: KITLV Leiden)

MEDIAPESAN – Pada penghujung abad ke-19, di tengah hutan-hutan lebat dan sungai-sungai besar Kalimantan, suara denting alat kerja dan teriakan komando mandor terdengar setiap pagi.

Mereka adalah para kuli Tionghoa—pekerja keras yang datang ribuan mil jauhnya dari tanah leluhur di daratan Tiongkok, demi mencari harapan baru di Hindia Belanda.

Mereka dipekerjakan untuk menebang kayu, dan membangun jalur perdagangan di daerah yang kala itu masih liar dan asing.

- Iklan Google -
Mediapesan.com terdaftar di LPSE dan E-Katalog Klik gambar untuk melihat Katalog kami.

Kehidupan mereka tidak mudah. Upah rendah, jam kerja panjang, serta risiko penyakit dan kekerasan menjadi bagian tak terpisahkan dari hari-hari mereka.

Namun, di balik penderitaan itu, ada semangat bertahan hidup yang luar biasa.

Pemerintah kolonial Belanda kala itu memanfaatkan tenaga mereka melalui sistem kontrak yang sering kali menjerat.

Jasa Pembuatan Website Berita
Jasa Website Jogja

Banyak kuli terjebak dalam utang dan kerja paksa. Mereka hidup berdesakan di barak-barak sederhana, dengan makanan seadanya dan tanpa jaminan kesehatan.

Namun, dari titik paling bawah itulah terbentuk jaringan komunitas Tionghoa pertama di Kalimantanyang kelak berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi lokal.

Keberadaan mereka bukan sekadar catatan gelap kolonialisme, tetapi juga kisah tentang daya tahan manusia menghadapi ketidakadilan.

- Iklan Google -

Di banyak kota Kalimantan kini, jejak mereka masih bisa ditemukan dalam bentuk kelenteng tua, nama keluarga, hingga tradisi perdagangan yang melekat dalam denyut ekonomi setempat.

Kisah kuli Tionghoa tahun 1890 mengingatkan kita bahwa kemajuan tidak lahir dari kenyamanan, melainkan dari keringat dan perjuangan mereka yang tak disebut dalam buku sejarah.

Saat bangsa ini terus menata masa depannya, menghormati jejak buruh masa lalu adalah bentuk penghargaan atas fondasi keras yang mereka tinggalkan.

Baca Juga:  Oknum Polisi Makassar Diduga Telantarkan Anak, Istri Tuntut Keadilan

Bukan hanya sejarah besar yang membentuk negeri ini, tetapi juga kisah-kisah kecil tentang manusia biasa yang bekerja dalam senyap, menanam akar bagi peradaban yang kita nikmati hari ini.

(Sumber: KITLV)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *