Jakarta (mediapesan) – Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung, tak kuasa menahan air mata saat menonton film 1 Kakak 7 Ponakan di Kemang Village XXI, Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (12/2/2025).
Pramono yang hadir bersama istri, Endang Nugrahani, dan anaknya, Hanifa Fadhila Pramono, diundang secara khusus oleh rumah produksi Mandela Pictures.
Sepanjang film ini saya menangis bersama istri. Film itu tentang saya. Dulu saya harus selalu peringkat satu agar bisa menyekolahkan kakak saya. Saya menangis persis seperti Moko tadi, ujar Pramono terbata-bata, merujuk pada tokoh utama dalam film.
Film 1 Kakak 7 Ponakan menyajikan kisah haru tentang perjuangan hidup dan tanggung jawab generasi sandwich—istilah untuk mereka yang harus menopang kehidupan dua generasi sekaligus, baik orang tua maupun adik-adik mereka.
Salah satu adegan yang paling membekas bagi Pramono adalah dialog antara Moko dan pamannya, Eka.
Orang yang nggak enakan ketemu orang yang nggak tahu diri, itu ada dalam kehidupan sekarang, kata Pramono, mengutip salah satu dialog film yang menurutnya sangat relevan dengan kondisi sosial saat ini.
Acara nonton bareng ini juga dihadiri sejumlah tokoh, seperti Ketua Umum Serikat Pers Republik Indonesia Heintje Mandagie, General Manager LSP Pers Indonesia Meytha Kalalo, serta para pemeran film, termasuk Kiki Narendra (Atmo) dan Fatih Unru (Woko).
Film yang diadaptasi dari karya Arswendo Atmowiloto ini merupakan hasil kolaborasi Mandela Pictures dan Cerita Films, dengan Yandy Laurens sebagai sutradara.
Para pemeran utama yang terlibat antara lain Chicco Kurniawan (Moko), Amanda Rawles (Maurin), Maudy Koesnaedi (Bibi), serta aktor-aktor berbakat seperti Ringgo Agus Rahman, Freya JKT48, Ahmad Nadhif, dan Niken Anjani.
Produser Deepak G. Samtani, Manoj K. Samtani, Lachman G. Samtani, dan Suryana Paramita menyampaikan apresiasi atas kehadiran Pramono Anung di acara tersebut.
Mereka berharap film ini dapat menginspirasi banyak orang yang mengalami tantangan serupa dalam hidup.
Film 1 Kakak 7 Ponakan menjadi bukti bahwa cerita keluarga sederhana bisa menggugah emosi, bahkan bagi seorang pejabat tinggi seperti Pramono Anung. ***