mediapesan.com | Dalam gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terbaru, CNN telah membubarkan tim ‘Ras dan Kesetaraan’ yang dibentuk sebagai respons atas kematian tragis George Floyd pada tahun 2020.
Melansir dari Wikipedia, George Floyd adalah seorang lelaki Afrika-Amerika yang meninggal pada 25 Mei 2020, setelah seorang polisi Minneapolis berkulit putih Derek Chauvin menginjak dengan lutut di leher Floyd selama setidaknya tujuh menit, ketika ia berbaring telungkup di jalan.
Petugas Thomas Lane dan J. Alexander Kueng juga membantu menahan Floyd, sementara petugas Tou Thao berdiri di dekatnya sambil memandanginya.
Insiden itu terjadi saat penangkapan Floyd di Powderhorn, Minneapolis, Minnesota, dan direkam dengan ponsel oleh beberapa orang yang melihatnya.
Rekaman video tersebut menunjukkan Floyd berulang kali mengatakan: “Saya tidak bisa bernafas” (I can’t breath), dan disebarluaskan dengan media sosial dan disiarkan oleh media. Keempat petugas yang terlibat dipecat pada keesokan harinya.
Demonstrasi dan protes terhadap pembunuhan Floyd pun pecah. Awalnya berlangsung damai tetapi berubah menjadi “sangat berbahaya,” terjadinya pemecahan jendela kantor polisi, sebuah toko AutoZone terbakar, dan toko-toko dijarah dan rusak di daerah sekitarnya.
Aparat pun menanggapinya dengan menembakkan gas air mata dan menembakkan peluru karet ke kerumunan.
Kemudian, juru bicara CNN awalnya mengklaim bahwa tim tersebut belum dibubarkan, namun kemudian memberikan pernyataan yang lebih jelas: “Untuk semua maksud dan tujuan, tim ini bukan lagi sebuah tim,” dilansir dari saluran rtnews, (13/7/2024).
Keputusan ini diumumkan oleh bos baru CNN, Mark Thompson, pada hari Rabu lalu, yang menyatakan bahwa ruang redaksi akan memangkas sekitar 100 pekerja.
Langkah ini adalah bagian dari restrukturisasi yang lebih luas dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan fokus pada prioritas yang dianggap lebih mendesak.
Pembubaran tim ‘Ras dan Kesetaraan’ menimbulkan berbagai reaksi dari kalangan internal dan eksternal CNN.
Tim ini sebelumnya bertugas mengangkat isu-isu terkait ras dan ketidaksetaraan, serta memastikan bahwa liputan berita mencerminkan keanekaragaman yang ada di masyarakat.
Banyak yang merasa bahwa pembubaran tim ini dapat mengurangi fokus pada isu-isu penting tersebut.
Mark Thompson dalam pernyataannya menyatakan bahwa meskipun tim tersebut dibubarkan, CNN tetap berkomitmen untuk meliput isu-isu ras dan kesetaraan.
Namun, skeptisisme tetap ada di antara mereka yang meragukan apakah komitmen ini akan terwujud tanpa adanya tim khusus yang mengawasi liputan tersebut.
Langkah CNN ini mencerminkan tantangan yang dihadapi banyak organisasi media dalam menghadapi perubahan lanskap industri, di mana kebutuhan untuk mengurangi biaya sering kali berbenturan dengan upaya untuk mempertahankan standar liputan yang inklusif dan beragam.
Sebagai bagian dari perubahan ini, CNN diharapkan akan terus mengevaluasi dan menyesuaikan strategi pemberitaan mereka untuk memastikan bahwa mereka tetap relevan dan mampu memenuhi kebutuhan audiens yang beragam.
Bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi kualitas dan fokus liputan berita CNN ke depan masih menjadi pertanyaan besar yang ditunggu-tunggu jawabannya. ***