7 Oktober (mediapesan) – Laporan terbaru dari Wall Street Journal (WSJ) memicu kontroversi besar setelah mengungkapkan bahwa sistem penyadapan telepon yang digunakan oleh pengadilan Amerika Serikat diretas oleh aktor-aktor siber dari Tiongkok.
Menurut laporan yang terbit pada Sabtu, (5/10), tiga jaringan komunikasi utama AS—Verizon Communications, AT&T, dan Lumen Technologies—yang digunakan untuk penyadapan resmi, berhasil ditembus peretas selama beberapa bulan.
Kebocoran ini mengarah pada dugaan serius bahwa pihak asing memiliki akses ke komunikasi rahasia yang melibatkan sistem pengadilan Amerika.
Spekulasi ini tentu saja memicu kekhawatiran besar terkait privasi, keamanan nasional, dan bagaimana negara-negara besar saling berhadapan di dunia maya.
Namun, isu ini semakin rumit ketika Kementerian Luar Negeri Tiongkok dengan cepat membantah keterlibatan mereka.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Minggu, (6/10), Tiongkok menyebut tuduhan ini sebagai “narasi palsu” yang direkayasa oleh Washington untuk menjelekkan negara mereka.
Beijing menuduh bahwa AS telah berulang kali membuat tuduhan tak berdasar sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas untuk menjatuhkan reputasi Tiongkok di dunia internasional.
Serangan siber lintas negara bukanlah hal baru, namun keterlibatan dalam sistem penyadapan pengadilan menambah dimensi baru dalam tensi politik global.
Perang siber kini tidak lagi hanya soal meretas data perusahaan atau sistem pemerintahan, tapi juga menyasar fondasi sistem peradilan suatu negara.
Laporan ini membuat publik bertanya-tanya, seberapa dalam dampak serangan ini terhadap keamanan hukum di Amerika?
Di satu sisi, AS menghadapi tantangan besar dalam menjaga sistem komunikasi sensitif dari serangan pihak asing, sementara Tiongkok menegaskan bahwa mereka menjadi korban kampanye pencemaran nama baik.
Di tengah memanasnya hubungan bilateral kedua negara, skandal ini diprediksi akan memperburuk ketegangan yang sudah tinggi.
Seperti biasa, di dunia geopolitik dan siber, kebenaran sering kali tertutup oleh permainan kekuasaan dan diplomasi.
Apakah ini hanya satu babak lain dari konflik Tiongkok-AS, atau ada fakta tersembunyi yang lebih dalam? Hanya waktu yang bisa menjawab. ***