MEDIAPESAN, Teheran – Sebuah serangan udara Israel menghantam kantor pusat penyiar nasional Iran, Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB), saat sedang melakukan siaran langsung (16/6/2025) –serangan yang oleh pihak Iran disebut sebagai upaya sengaja untuk membungkam media.
Ledakan besar mengguncang kompleks IRIB di pusat kota Teheran, memicu asap tebal yang membumbung tinggi dan terdengar hingga beberapa kilometer jauhnya.
Meskipun terkena serangan langsung, IRIB tetap melanjutkan siaran.
Dalam momen menantang yang disiarkan secara langsung, pembawa acara Elham Abedini tetap tampil di layar dan menyerukan, “Silakan target kami lagi,” sambil melaporkan situasi dari dalam studio yang rusak.
Rekaman dari dalam studio menunjukkan dinding yang retak, puing-puing berserakan, dan lampu darurat menyala.
Petugas pemadam kebakaran bergerak cepat memadamkan kebakaran yang muncul di bagian gedung berkaca pasca ledakan.
Menurut kantor berita Tasnim, beberapa pegawai IRIB mengalami luka-luka akibat ledakan tersebut.
Mayoritas staf berhasil dievakuasi dengan cepat, namun beberapa lainnya terluka dan sedang dalam perawatan.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel.
Beberapa ledakan lain juga dilaporkan terjadi di berbagai wilayah Teheran tak lama setelah serangan pertama, memunculkan dugaan adanya operasi serangan udara berskala lebih luas.
Pemerintah Iran mengecam keras serangan tersebut sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan kebebasan pers.
Ini bukan hanya serangan terhadap sebuah bangunan, tetapi serangan terhadap kebebasan informasi, ujar juru bicara Kementerian Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran.
IRIB merupakan lembaga penyiaran negara yang mengelola jaringan televisi dan radio di seluruh Iran, serta dikenal sebagai alat utama penyebaran informasi resmi pemerintah.
Keputusan IRIB untuk tetap mengudara pasca serangan dianggap sebagai simbol ketahanan dan perlawanan terhadap tekanan asing.
Hingga kini, otoritas setempat masih melakukan evaluasi atas dampak kerusakan serta jumlah korban secara keseluruhan.