Luwu Timur | Mediapesan – Kebocoran pipa bahan bakar milik PT Vale Indonesia Tbk di Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, memicu kecaman dari LMND Sulsel yang menilai insiden ini bukti lemahnya pengawasan lingkungan.
Peristiwa yang terjadi pada Agustus 2025 ini mencemari sekitar 38 hektare lahan di lima desa, termasuk Dusun Molindowe.
Warga bersama tim teknis perusahaan melakukan pembersihan, sementara pemerintah daerah masih menunggu hasil investigasi penyebab kebocoran.
Kebocoran pipa High Sulphur Fuel Oil (HSFO) milik PT Vale Indonesia Tbk di Kecamatan Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, memantik kecaman keras.
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Sulsel menilai insiden ini bukan sekadar kecelakaan teknis, melainkan cermin kelalaian perusahaan sekaligus lemahnya pengawasan lingkungan di sektor pertambangan.
Sedikitnya lima desa terdampak langsung, yakni Lioka, Asuli, Timampu, Patompi, dan Baruga. Area tercemar diperkirakan mencapai 38 hektare.
Kandungan sulphur tinggi dalam HSFO dikhawatirkan merusak ekosistem dan mengganggu kesehatan warga, termasuk aktivitas ekonomi masyarakat pesisir.
PT Vale seharusnya menempatkan keselamatan lingkungan sebagai prioritas, bukan sekadar mengejar keuntungan, ujar Sekretaris Wilayah LMND Sulsel, Arjuna Swara.
Ketua LMND Sulsel, Adri Fadhli, menyebut respons perusahaan terlalu defensif karena hanya menyebut kebocoran ini sebagai kecelakaan teknis.
- Iklan Google -
Menurutnya, publik menuntut kepastian hukum, bukan klarifikasi.
Pasal 98 dan 99 UU PPLH jelas mengatur ancaman pidana bagi pelaku pencemaran. Direksi, pengurus, hingga pemilik modal harus bertanggung jawab. Tidak ada kompromi, tegasnya.
Adri juga menyinggung pasal kelalaian dalam KUHP yang bisa menjerat pihak perusahaan bila terbukti lalai hingga menimbulkan kerugian atau korban jiwa.
Tanpa tindakan tegas, bencana serupa hanya tinggal menunggu waktu, ujarnya.
LMND menyoroti ironi lain: PT Vale sebelumnya mendapat penghargaan Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Ini tamparan keras bagi pemerintah daerah maupun kementerian terkait untuk memperketat pengawasan industri ekstraktif, kata Arjuna.
Dari pihak perusahaan, Corporate Communications PT Vale, Vanda Kusumaningrum, menyebut insiden ini sebagai tantangan yang harus dihadapi bersama.
Dari masyarakat hingga pemerintah, dari tenaga teknis hingga perusahaan, semua bergerak dengan hati untuk mempercepat pemulihan, katanya dalam keterangan pers, Kamis (28/8).
Vanda menambahkan, pemulihan dilakukan sesuai standar keselamatan dengan melibatkan masyarakat yang telah mendapat pelatihan.
Lewat pesan singkat, Vanda juga mengoreksi informasi.
Sebentar lagi akan kami kirim rilis resmi, karena minyak yang bocor sebenarnya bukan HSFO, tetapi MFO, tulisnya.
Hingga hari keenam, warga dari desa-desa terdampak ikut membantu proses pembersihan bersama tim teknis PT Vale.

Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, yang meninjau lokasi, mengapresiasi kerja bersama itu.
Namun penyebab kejadian masih dalam investigasi hingga 5 September 2025. Kita harus menunggu hasil resmi, bukan berspekulasi, katanya.
Direktur sekaligus Chief Sustainability & Corporate Affairs Officer PT Vale, Budiawansyah, menegaskan perusahaan telah menyusun rencana pemulihan sosial dan lingkungan secara komprehensif.
Ini tanggung jawab moral kami sekaligus pembelajaran penting agar kesiapsiagaan ke depan semakin kuat. Dengan sinergi pemerintah, masyarakat, dan PT Vale, kami percaya Towuti bisa bangkit kembali, ujarnya.