Makassar | Mediapesan – Tidak semua orang lahir dengan naluri bisnis.
Namun, kemampuan berwirausaha bisa ditempa, terutama lewat proses pembelajaran yang menekankan resiliensi—daya lenting untuk bangkit dari kegagalan.
Premis inilah yang coba ditanamkan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar melalui Business Entrepreneur Training (BEST) Batch 8, yang berlangsung dua hari (26-27/9/2025) di Co-Working Space kampus tersebut.
Mengusung tema “Resilient Entrepreneurs”, program ini diikuti 35 mahasiswa lintas program studi, sebagian besar berasal dari jalur kewirausahaan atau sedang merintis bisnis kecil.
Direktur Poltekpar Makassar, Dr. Herry Rachmat Widjaja, saat membuka kegiatan menegaskan bahwa keberlanjutan program kewirausahaan kampus harus diarahkan pada sektor-sektor yang relevan dengan pariwisata.
Resiliensi sebagai Modal Dasar
Konsep resiliensi dalam dunia usaha bukan sekadar kemampuan bertahan, melainkan seni untuk beradaptasi dengan perubahan pasar, regulasi, hingga kegagalan berulang.
Kunci kesuksesan jangka panjang bukan menghindari masalah, tetapi membangun kapasitas diri untuk pulih dan terus maju, kata Herry.
Materi pertama disampaikan Dr. Agus Syam, Dosen Kewirausahaan Universitas Negeri Makassar, yang menekankan pentingnya pola pikir kreatif dan adaptif.
- Iklan Google -
Dari mindset, mahasiswa diajak menggali ide bisnis, terutama yang lahir dari problem sehari-hari maupun peluang di sektor pariwisata.
Tahap berikutnya, mereka menyusun model bisnis yang terukur dan berkelanjutan.
Digitalisasi dan Branding
Isu lain yang mendapat perhatian adalah digitalisasi.
Fahrurazi Erman, praktisi branding dari MENANG Creative, menyoroti pentingnya membawa bisnis ke ranah daring.
Mulai dari strategi membangun identitas merek, promosi kreatif, hingga pemanfaatan media sosial untuk memperluas pasar.
Dalam sesi ini, mahasiswa belajar bahwa sekadar hadir di platform digital tidak cukup tanpa narasi dan diferensiasi yang jelas.
Legalitas dan Praktik Nyata
Hari kedua, mahasiswa dibekali perspektif legalitas usaha oleh A. Nadya T. Alia dari Inkubator UMKM Kota Makassar.
Topik ini mencakup perizinan, perlindungan merek, hingga regulasi yang harus dipenuhi agar bisnis tidak sekadar eksis, tetapi juga sah secara hukum.
Kembali bersama Agus Syam, peserta diajak menguji teori melalui praktik penyusunan model bisnis.
Sesi ini berlangsung intensif, di mana setiap mahasiswa ditantang mempresentasikan ide mereka, sekaligus menerima kritik dan masukan dari narasumber.
Membentuk Generasi Pengusaha Baru
Poltekpar Makassar melalui program BEST Batch 8 ini tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga melatih keterampilan praktis—mulai dari perancangan model bisnis, branding digital, hingga pemahaman hukum usaha.
Mahasiswa harus mampu menjadi wirausaha tangguh, inovatif, dan adaptif. Bukan hanya untuk industri pariwisata, tapi juga sektor usaha lain yang relevan dengan kebutuhan zaman, tegas Herry.
Dengan pendekatan tersebut, BEST Batch 8 bukan sekadar pelatihan rutin, melainkan laboratorium mini untuk membentuk generasi pengusaha baru di Makassar—mereka yang tidak takut gagal, dan justru menjadikan kegagalan sebagai bahan bakar untuk tumbuh.