Mediapesan | Sumba Barat Daya – Di SD Katolik Wee Pangali, Kecamatan Kota Tambolaka, motivasi siswa untuk tetap datang ke sekolah ternyata bukan semata soal pelajaran.
Hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) justru menjadi alasan utama yang membuat mereka bertahan di bangku sekolah—bahkan saat tubuh sedang kurang sehat.
“Siswa tetap datang meskipun sedang kurang sehat. Mereka merasa menu MBG sangat mewah dan terlalu sayang untuk dilewatkan,” kata Theresia Tamo Ina, guru SD Katolik Wee Pangali, Kamis (13/11/2025).
Theresia sempat memanggil beberapa siswa yang hari itu datang dengan kondisi kurang fit: Alfarel Frengki Dede (7), Natalia Grace Yango (7), Maria Isa Bella (7), Reinarda Desniyanti Anata Kodu (7), Yohanes Bili Daingo (7), Aprilia Paskia Baba (11), Aloysius Glen Zuba (11), Wilhelmus Pangeran Bili Rambi (11), Scholastika Kiyora Tuto Nugi (9), Priska Renata Ladi (9), dan Cahaya Putri Tanggu Dendo (9).
Meski tampak pucat dan letih, mereka tetap antusias saat hidangan MBG dibagikan.

Perubahan yang Terlihat dalam Sembilan Bulan
Program MBG mulai menjangkau SD Katolik Wee Pangali sejak sembilan bulan lalu.
Menurut Theresia, dampaknya terasa nyata: kehadiran meningkat, semangat belajar bertambah, dan anak-anak lebih fokus di kelas.
“Sebelumnya anak-anak malas berangkat sekolah, tapi setelah ada MBG, mereka menjadi semakin rajin,” ujarnya.
Fenomena itu semakin mencolok setiap hari Sabtu. Sekolah ini masih menerapkan hari belajar hingga Sabtu, tetapi MBG tidak dibagikan pada hari itu. Akibatnya, jumlah siswa yang hadir menurun drastis.
- Iklan Google -
“Karena itu kami berharap agar pada hari Sabtu juga diberikan MBG,” kata Theresia.
Potret Kemiskinan dan Ketimpangan Gizi
SD Katolik Wee Pangali berada di desa miskin yang mayoritas warganya bekerja sebagai petani lahan kering.
Keterbatasan ekonomi membuat banyak orang tua tidak mampu menyediakan makanan bergizi secara konsisten bagi anak-anak mereka.
Data statistik tahun 2024 memperlihatkan persoalan kronis:
- 55 balita dengan berat badan kurang,
- 37 anak mengalami stunting,
- 37 anak kekurangan gizi.
Sebagian dari anak-anak itu kini bersekolah di SD Katolik Wee Pangali. Salah satu yang paling menonjol adalah Deodatus Fredy Bulu, murid kelas 1 berusia 7 tahun dengan tubuh yang jauh lebih pendek dan mungil dibanding teman-temannya—hingga kesulitan menggunakan meja belajar standar. Di kelas lain, banyak siswa juga tampak kurus.
Keterbatasan ekonomi keluarga turut membuat sebagian besar siswa datang dengan baju bebas karena tidak mampu membeli seragam sekolah.
Lebih dari Sekadar Makan Gratis
Di Wee Pangali, MBG bukan hanya program pangan. Ini menjadi penopang keseharian anak-anak, penyemangat mereka untuk hadir, dan bagi sebagian, mungkin satu-satunya hidangan bergizi dalam sehari.
Di tengah kondisi masyarakat yang serba terbatas, program ini bagi mereka terasa seperti jaminan sederhana bahwa sekolah adalah tempat yang memberi harapan—bukan hanya pelajaran, tetapi juga kekuatan untuk tumbuh.




