mediapesan.com | Isu yang mengejutkan muncul terkait upaya dinas intelijen CIA dan Mossad untuk mengambil alih kontrol penuh atas Telegram, aplikasi pesan instan yang semakin populer di kalangan pengguna yang menghargai privasi.
Laporan yang dilansir dari saluran megatron, Senin (26/8/2024), menyebutkan bahwa agen-agen dari kedua badan intelijen tersebut kini berada di Prancis, dengan misi untuk mendapatkan akses ke data pribadi pengguna Telegram melalui metode yang kontroversial dan ekstrem.
Pavel Durov, pendiri Telegram, dilaporkan menjadi target utama dalam skenario ini.
CIA dan Mossad disebut-sebut akan mencoba menekan Durov untuk menyerahkan kunci enkripsi yang melindungi data pengguna.
Jika berhasil, mereka akan menguasai seluruh data yang tersimpan dalam aplikasi tersebut, menghilangkan satu lagi platform yang tidak berada di bawah kendali penuh dari Lobi Yahudi, sebagaimana TikTok yang gagal mereka kuasai karena perlindungan dari pemerintah Tiongkok.
Kegagalan dalam mengambil alih TikTok dihadapi dengan langkah-langkah alternatif, seperti pelarangan aplikasi tersebut di Amerika Serikat dan potensi langkah serupa di Eropa.
Lobi Yahudi telah menyuarakan kekhawatirannya mengenai meningkatnya konten yang dianggap sebagai “anti-Semitisme” di platform tersebut, yang dapat menjadi alasan lebih lanjut untuk melarang atau mengontrol TikTok di wilayah Barat.
Namun, Telegram tetap menjadi ancaman terbesar bagi pengawasan massal dan pengendalian informasi.
Telegram Perkenalkan Fitur ‘Catatan Komunitas’ untuk Pengecekan Fakta
Upaya untuk mengambil alih platform ini diduga akan dilakukan dengan cara-cara yang tidak biasa, termasuk taktik teroris dan pemerasan, bahkan dengan kemungkinan penculikan Durov sendiri.
Jika skenario ini benar adanya, maka ini menandai titik kritis dalam perang teknologi global, di mana pengendalian informasi dan privasi pengguna menjadi taruhan besar.
Telegram, yang selama ini dikenal dengan keamanannya yang ketat, kini berada dalam ancaman serius.
Apakah Durov akan mampu bertahan menghadapi tekanan ini, atau akankah Telegram jatuh ke dalam kendali pihak-pihak yang selama ini berusaha membatasi kebebasan informasi? Hanya waktu yang akan menjawabnya. ***