mediapesan.com | Keberitaan mengenai kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Indonesia telah mengundang suka cita di seluruh negeri.
Setelah ditunda pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, agenda kunjungan ini kembali dipastikan akan terjadi pada bulan September 2024.
Bagi Noldus Pandin, seorang aktivis penyandang disabilitas dari Toraja, kehadiran Sri Paus Fransiskus merupakan berita yang menggembirakan.
Saya memiliki kerinduan untuk melihat beliau langsung, apalagi bila ada kesempatan untuk mewakili penyandang disabilitas di Indonesia, ujarnya penuh harap.
Pandangan positif terhadap Indonesia sebagai negara yang menghargai keragaman dan inklusivitas akan semakin diperkuat dengan kehadiran Sri Paus Fransiskus.
Ini adalah kehormatan bagi saya, sebuah kesempatan langka yang akan menjadi catatan sejarah pribadi dan representatif bagi penyandang disabilitas di Indonesia, tambah Arnold, seorang guru honorer swasta di Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam semangat inklusivitas, Arnold berharap agar panitia penyambutan Sri Paus Fransiskus memasukkan agenda khusus untuk audiens dengan penyandang disabilitas.
Hal ini sejalan dengan semangat undang-undang perlindungan penyandang disabilitas yang dimiliki oleh Indonesia.
Kunjungan Sri Paus Fransiskus bukan hanya menjadi kebanggaan bagi umat Katolik, tetapi juga momentum untuk meneguhkan komitmen kita dalam mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif, tandasnya sambil menikmati secangkir kopi khas Toraja. ***
(pl)
The news about Pope Francis’ visit to Indonesia has sparked joy throughout the country.
After being postponed in 2020 due to the Covid-19 pandemic, this visit is confirmed to take place again in September 2024.
For Noldus Pandin, a disabled activist from Toraja, the presence of Pope Francis is encouraging news.
I have a longing to see him in person, especially if there is an opportunity to represent people with disabilities in Indonesia, he said hopefully.
This positive view of Indonesia as a country that values diversity and inclusiveness will be further strengthened by the presence of Pope Francis.
This is an honor for me, a rare opportunity that will become a personal and representative historical record for people with disabilities in Indonesia, added Arnold, a private honorary teacher in South Sulawesi Province.
In the spirit of inclusivity, Arnold hopes that the welcoming committee for Pope Francis will include a special agenda for audiences with disabilities.
This is in line with the spirit of Indonesia’s law on the protection of persons with disabilities.
Pope Francis’ visit is not only a source of pride for Catholics, but also a momentum to strengthen our commitment to creating a more inclusive society, he said while enjoying a cup of typical Toraja coffee. ***