ENREKANG | MEDIAPESAN – Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan pemerintah sebagai bagian dari Asta Cita ke-4 pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mulai mendapat sorotan dari masyarakat di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Sejumlah warga mengeluhkan kualitas makanan yang disajikan kepada siswa-siswi dinilai tidak layak konsumsi.
Program yang bertujuan untuk memperbaiki gizi anak dan menekan angka stunting tersebut telah berjalan sekitar satu bulan di Enrekang.
Namun, sorotan muncul setelah dugaan makanan basi disajikan dalam salah satu menu.
Nasi goreng yang disajikan sudah basi, alias nasi kadaluarsa, ujar seorang sumber yang enggan disebutkan identitasnya, Jumat (1/8/2025).
Keluhan lain datang terkait menu telur yang disebut memiliki rasa kurang enak sehingga tidak dimakan oleh sebagian besar anak, dan akhirnya terbuang sia-sia.
Menanggapi hal tersebut, pihak pelaksana program dari Yayasan Mitra Pelayanan Pemenuhan Gizi Enrekang, Bd. Yulianti, membenarkan adanya keluhan dari masyarakat terkait menu nasi goreng yang disajikan pada Selasa, 29 Juli 2025.
Kami mendapat informasi keluhan itu dari Dinas Kesehatan. Saya curiga penyebab nasi cepat basi karena campuran bumbu yang digunakan. Padahal, makanan tersebut kami masak dan sajikan pada pagi hari yang sama, ujar Yulianti saat ditemui di Kantor Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jalan Emmy Saelan, Enrekang.
Yulianti, yang saat itu didampingi Kepala SPPG, Yayat, menegaskan bahwa seluruh makanan yang disajikan telah mengikuti standar gizi dari Badan Gizi Nasional.
- Iklan Google -
Ia juga menjelaskan bahwa petugas yang bertanggung jawab atas pengawasan gizi saat ini baru saja kembali dari Kecamatan Anggeraja, tempat ia berdomisili.
Soal standar gizi semua sudah ditentukan dan diacu dari petunjuk Badan Gizi Nasional. Semua pencatatan ada pada petugas yang ditunjuk secara resmi, tambah Yulianti.
Pemerintah berharap Program Makan Bergizi Gratis ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, sekaligus menjadi langkah konkret menurunkan prevalensi stunting, termasuk di wilayah-wilayah seperti Enrekang.
Namun, kejadian ini menunjukkan perlunya pengawasan dan evaluasi lebih ketat agar tujuan program dapat tercapai secara optimal.