mediapesan.com | Tingkat inflasi di Turki, yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, terus meningkat selama enam bulan berturut-turut.
Namun, ada tanda-tanda perbaikan yang muncul karena kebijakan pemerintah untuk meningkatkan upah mengurangi dampak kenaikan suku bunga yang agresif.
Menurut data yang dirilis pada bulan April, harga konsumen naik sebesar 69,8% dibandingkan tahun sebelumnya, meningkat dari angka bulan Maret sebesar 68,5%.
Meskipun angka ini berada di bawah perkiraan rata-rata para ekonom yang memperkirakan pertumbuhan akan melampaui angka 70%, otoritas moneter Turki optimis bahwa inflasi tahunan kemungkinan akan melambat hingga 36% pada akhir tahun ini.
Hal ini diharapkan terjadi karena ekspektasi bahwa Bank Sentral Turki akan mulai mengurangi biaya pinjaman dalam beberapa bulan ke depan.
Inflasi berada di bawah ekspektasi, dan lira menunjukkan kinerja yang baik. Saya rasa tidak perlu kenaikan suku bunga lebih lanjut sambil mempertahankan tren lira yang positif,” kata Onur Ilgen, kepala bendahara di bank Turki MUFG Bank, dilansir dari saluran NT, (8/5/2024).
Investor mengawasi dengan cermat kemajuan Turki dalam memperlambat inflasi agar dapat kembali ke negara tersebut tepat waktu, yang obligasi lokalnya pernah menjadi “magnet” bagi pembeli asing.
Saat ini, bank-bank Wall Street seperti Citigroup dan JPMorgan Chase merekomendasikan pembelian lira, sementara HSBC Holdings Inggris menyebut Turki sebagai “salah satu pasar favorit”. ***