Jakarta, 27 September (mediapesan) -Sebagai salah satu pusat pariwisata di Indonesia, mengambil langkah serius dalam mempromosikan Green Tourism dan Wellness.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya keberlanjutan dan kesehatan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan Seminar dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Wellness dan Green Tourism.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan Indonesia menjadi destinasi unggulan yang mendukung gaya hidup sehat dan berkelanjutan.
Seminar tersebut menghadirkan berbagai narasumber terkemuka, termasuk Staf Ahli Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Bidang Ekonomi Maritim, Dr. Ir. Sugeng Santoso, MT, bersama pakar lainnya seperti Annie Savitri, Dr. Edi Alpino Rivai Siregar, dan Fatimah Muthahir.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Pariwisata Hijau
Dalam pemaparannya, Sugeng Santoso menekankan pentingnya kebijakan lintas sektor yang terintegrasi untuk mewujudkan industri pariwisata hijau yang berkelanjutan.
Menurutnya, pariwisata hijau tidak hanya melibatkan pelestarian lingkungan, tetapi juga harus memanfaatkan sumber daya secara bertanggung jawab serta melestarikan budaya lokal.
Industri pariwisata hijau harus didukung oleh sektor lain untuk memastikan keberlanjutannya. Pengembangan ekonomi sirkular dan industri berbasis sumber daya alam hayati yang berkelanjutan adalah peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi baru, ujar Sugeng.
Ia juga mengapresiasi inovasi anak muda dalam menciptakan start-up dan usaha kecil menengah (UMKM) berbasis ekonomi hijau, yang diyakini akan menjadi pilar penting dalam mendukung keberlanjutan ekonomi nasional.
Kebijakan Wellness Tourism dan Net Zero Emissions 2060
Annie Savitri, seorang pakar wellness, menjelaskan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mulai menyusun kebijakan terkait Wellness Tourism.
Fokusnya bukan hanya pada kesehatan fisik, mental, dan spiritual, tetapi juga mencakup delapan dimensi wellness yang harus diperhatikan oleh para profesional di sektor ini.
Kebijakan ini dirancang untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045 dan target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.
Annie juga menegaskan bahwa wellness dan pariwisata hijau tidak dapat berdiri sendiri.
Keduanya membutuhkan sinergi dan integrasi kebijakan antara berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai keberhasilan yang optimal.
Peluang Baru melalui Inovasi Teknologi
Sementara itu, Dr. Edi Alpino Rivai Siregar memaparkan tren masa depan di industri wellness yang akan lebih bersifat personal, seperti melalui penggunaan analisis genom untuk memahami kebutuhan kesehatan individu.
Selain itu, teknologi seperti augmented reality (AR) dan kecerdasan buatan (AI) juga diproyeksikan untuk semakin berperan dalam memberikan pengalaman wellness yang lebih canggih dan mendalam.
Dr. Edi menyoroti pentingnya mitigasi risiko dalam penerapan kebijakan wellness, dengan memberikan contoh implementasi standar kompetensi kerja untuk Green Jobs dan wellness yang sudah mulai diterapkan di Indonesia.
Mendukung Ekonomi Kreatif dan Kelestarian Lingkungan
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, Andika Permata, menyampaikan optimisme bahwa sinergi antara Wellness Tourism dan industri hijau tidak hanya akan meningkatkan kualitas destinasi wisata Jakarta, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif yang lebih berkelanjutan.
Kami percaya bahwa masa depan pariwisata Indonesia terletak pada keberlanjutan dan kesejahteraan. Dengan menggabungkan Green Tourism dan Wellness, kami tidak hanya melindungi alam dan budaya kita, tetapi juga memberikan pengalaman wisata yang bermakna bagi para wisatawan, kata Andika.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, Jakarta siap menjadi pelopor dalam mengembangkan pariwisata yang tidak hanya mengedepankan estetika, tetapi juga keberlanjutan dan kesejahteraan. ***