Beita, Nablus, 4 Oktober (mediapesan) – Ketegangan kembali memuncak di desa Beita, selatan Nablus, usai konfrontasi yang terjadi antara warga Palestina dan pasukan pendudukan Israel pada hari Jumat (4/10/2024).
Insiden ini terjadi di dekat kawasan Jabal Subeih, titik panas yang selama berbulan-bulan menjadi simbol perlawanan warga setempat terhadap pendudukan.
Setelah shalat Jumat, warga Beita berkumpul untuk memprotes keberadaan permukiman ilegal Israel di kawasan tersebut.
Demonstrasi berlangsung damai pada awalnya, namun situasi berubah drastis ketika pasukan pendudukan menanggapi aksi warga dengan kekuatan militer.
Gas air mata dan peluru karet ditembakkan ke arah kerumunan, menyebabkan beberapa warga mengalami sesak napas dan cedera ringan.
Jabal Subeih sendiri menjadi pusat perhatian karena lokasi ini merupakan tanah milik Palestina yang dirampas untuk pembangunan permukiman.
Penduduk Beita, dengan semangat perlawanan, secara konsisten menggelar aksi-aksi protes setiap minggu untuk menuntut hak mereka atas tanah ini.
Ini bukan hanya soal tanah, ini soal martabat kami, ujar seorang warga yang turut dalam aksi protes yang dilansir dari qudsn. Kami akan terus berjuang sampai tanah ini kembali ke tangan yang benar.
Perlawanan warga Beita telah berlangsung selama beberapa bulan, dengan banyak di antaranya dilakukan setelah shalat Jumat.
Protes ini sering kali diwarnai oleh bentrokan dengan pasukan pendudukan, namun semangat warga untuk mempertahankan hak mereka tidak pernah padam.
Meski dihadapkan dengan risiko dan bahaya, warga Beita berjanji akan melanjutkan perlawanan mereka, dengan harapan suatu hari Jabal Subeih dapat kembali menjadi milik mereka.
Sementara itu, dunia internasional terus memperhatikan situasi ini dengan berbagai reaksi, meski solusi masih belum terlihat jelas.
Konflik ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas antara warga Palestina dan pasukan pendudukan di wilayah Tepi Barat, yang terus membara akibat masalah permukiman ilegal dan hak tanah. ***