Oleh: Syamril
Puasa hari pertama sering kali terasa berat. Tubuh yang belum terbiasa dengan ritme baru membuat badan terasa lemas.
Namun, di balik itu, ada hikmah mendalam yang dapat kita renungkan.
Seperti yang disampaikan oleh Gus Baha dalam salah satu ceramahnya di YouTube, puasa mengingatkan kita bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.
Tak peduli seberapa kaya, berkuasa, atau berpendidikan seseorang, jika tidak makan selama lebih dari 12 jam, ia akan merasa lemah dan tak berdaya.
Dari sini, kita belajar untuk tidak sombong dan menjalani hidup dengan rendah hati.
Selain itu, puasa mengajarkan bahwa kebutuhan manusia sebenarnya terbatas.
Ketika berbuka dalam keadaan lapar, kita mungkin ingin makan banyak, tetapi pada akhirnya, lambung kita hanya mampu menampung sejumlah tertentu.
Ini menjadi pengingat bahwa nafsu manusia cenderung tak terbatas, sementara kebutuhannya memiliki batas.
Dengan mengendalikan keinginan, hidup akan menjadi lebih tenang dan seimbang.
Puasa juga menumbuhkan rasa solidaritas. Apa yang kita alami saat menahan lapar dan haus selama Ramadhan juga dirasakan oleh banyak orang setiap hari akibat keterbatasan ekonomi.
Kesadaran ini seharusnya mendorong kita untuk lebih peduli dan membantu mereka yang membutuhkan.
Ramadhan adalah waktu terbaik untuk berbagi, baik dalam bentuk sedekah, makanan, maupun kebaikan lainnya.
Selain membangun solidaritas sosial, puasa juga mempererat hubungan keluarga.
Sahur dan berbuka menjadi momen yang mempertemukan anggota keluarga dalam kebersamaan yang mungkin jarang terjadi di luar Ramadhan.
Kesibukan sehari-hari sering kali membuat keluarga jarang berkumpul, tetapi Ramadhan menghadirkan kesempatan emas untuk mempererat hubungan ini.
Kebersamaan dalam ibadah pun semakin terasa.
Shalat tarawih berjamaah, buka puasa bersama di masjid, serta kajian keagamaan memperkuat silaturahmi antarwarga.
Ramadhan menjadi momentum untuk mempererat hubungan sosial dan membangun kebersamaan dalam komunitas.
Lebih dari sekadar menahan lapar dan haus, Ramadhan juga menjadi ajang refleksi diri dan peningkatan spiritualitas.
Ceramah dan kajian yang banyak diadakan selama bulan ini memberi kita kesempatan untuk memahami lebih dalam makna hidup, tujuan keberadaan kita, dan persiapan menuju kehidupan setelah dunia ini.
Menjalani puasa juga melatih kesabaran dan pengendalian diri.
Kita tidak hanya menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga mengontrol emosi, menjaga lisan dari perkataan buruk, serta menghindari perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Ini adalah latihan karakter yang mengasah akhlak dan membentuk pribadi yang lebih baik.
Di sisi kesehatan, puasa memberikan manfaat besar bagi tubuh.
Organ pencernaan mendapat kesempatan untuk beristirahat, kadar kolesterol dalam darah menurun, dan hormon stres seperti kortisol juga berkurang.
Semua ini berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental yang lebih baik.
Terakhir, Ramadhan adalah waktu untuk menyucikan hati dan memperkuat keimanan.
Dengan memperbanyak ibadah, berdzikir, membaca Al-Qur’an, serta berdoa, kita membersihkan jiwa dari dosa dan mendekatkan diri kepada Allah.
Kedamaian dan ketenangan yang dirasakan selama Ramadhan menjadi bukti bahwa kebahagiaan sejati berasal dari hati yang bersih dan hubungan yang erat dengan Sang Pencipta.
Itulah sembilan manfaat utama puasa Ramadhan.
Dengan memahami hikmah di baliknya, semoga semangat kita dalam menjalani ibadah ini semakin bertambah.
Puasa bukan sekadar rutinitas, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang penuh makna.
Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga kita semua mendapatkan keberkahan dan manfaat yang luar biasa dari bulan suci ini.
Makassar, Ramadhan 1446.