Palestina, 6 Oktober (mediapesan) – Di tengah kerasnya kehidupan di kamp pengungsian di sebelah barat Khan Yunis, Palestina, sekelompok perempuan berjuang untuk bertahan hidup dengan cara yang sederhana namun penuh makna.
Mereka membuat dan menjual roti—sesuatu yang tampaknya sepele, namun bagi mereka, ini adalah jalan untuk bertahan hidup, menyokong keluarga, dan menjaga harapan tetap menyala di tengah segala keterbatasan.
Kamp pengungsian ini adalah saksi bisu dari kehidupan yang penuh tantangan.
Para perempuan di sini tidak hanya berhadapan dengan kondisi fisik yang sulit, tetapi juga dengan beban psikologis yang berat akibat konflik berkepanjangan.
Namun, di balik wajah-wajah yang tampak letih, tersimpan kekuatan luar biasa.
Kekuatan seorang ibu, seorang istri, seorang saudara perempuan—mereka yang tidak pernah menyerah dalam menghidupi orang-orang yang mereka cintai.
Setiap pagi, mereka bangun lebih awal dari kebanyakan orang, meracik adonan dengan tangan-tangan penuh pengalaman.
Suara oven tradisional yang menyala menjadi tanda awal hari baru.
Aroma roti yang baru dipanggang menguar di udara, menghangatkan kamp yang dingin dengan harapan dan tekad.
Setiap roti yang mereka buat bukan hanya sebatas makanan, tetapi simbol dari perjuangan, cinta, dan pengorbanan.
Pendapatan dari menjual roti ini sangat kecil, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
Di tengah kemiskinan dan ketidakpastian masa depan, para perempuan ini terus berusaha untuk bertahan.
Dengan senyum yang tersimpan di balik keletihan, mereka melayani pembeli, yang sebagian besar juga penghuni kamp yang merasakan pahitnya kehidupan yang sama.
Mereka adalah tulang punggung keluarga, menghadapi kenyataan pahit dengan hati yang tabah.
Di tengah kesulitan yang terus mendera, para perempuan ini tetap memilih untuk melawan, dengan roti-roti yang mereka buat setiap hari sebagai simbol keteguhan hati dan harapan bahwa suatu hari, perdamaian dan kehidupan yang lebih baik akan datang.
Inilah potret kekuatan perempuan Palestina—di tengah reruntuhan harapan, mereka tetap memilih untuk bangkit, walau dengan cara yang sederhana.
Setiap roti yang mereka jual adalah harapan bagi masa depan yang lebih cerah, untuk mereka dan generasi yang akan datang. ***